Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang akan ia tujui. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah (Ibrani 11:8-10).
Kompasianer yang terkasih, dikatakan karena iman Abraham taat kepada Allah yang menyuruhnya meninggalkan tanah airnya untuk pergi ke tempat yang ia sendiri tidak tahu tepatnya di mana. Allah berjanji di tempat itu Abraham yang belum mempunyai anak akan menjadi bangsa yang besar (Kejadian 12:2). Meskipun terdengar tidak masuk akal, namun Abraham taat dan berangkat juga. Dalam ketaatannya Abraham mendapatkan anak yaitu Ishak dari Sarah, isterinya, dan memiliki negeri yaitu tanah Kanaan. Bahkan di tanah Kanaan Abraham tinggal bersama Ishak, anaknya, dan Yakub, cucunya.
Namun, setelah menerima penggenapan janji Allah kepadanya Abraham menyadari bahwa semua yang dia peroleh hanyalah batu loncatan untuk rencana Allah yang jauh lebih besar dari yang selama ini dia pahami. Pada akhirnya, kita ketahui bahwa Ishak adalah permulaan akan datangnya Mesias yaitu Yesus Kristus, dan tanah Kanaan adalah gambaran dari sorga yang akan datang. Menjadi bangsa yang besar bukan hanya adanya Israel sebagai bangsa, tetapi dari Israel datanglah Yesus Kristus sebagai Juruselamat bagi bangsa Israel sendiri dan bagi seluruh bangsa di bumi (Matius 1:21; Galatia 3:26-29).
Dengan demikian, iman membuka wawasan kita, bahwa memiliki semua berkat Tuhan di bumi itu sangat baik, namun pada akhirnya sama seperti Abraham kita akan merindukan berkat yang terbaik yaitu Allah itu sendiri dan sorga sebagai upah kekekalan bagi kita yang taat kepada-Nya. Jadi, ketika kita diberkati dalam pernikahan dan pekerjaan, maka kita harus mengingat bahwa di dalamnya ada tujuan Allah yang kekal. Sederhananya, merindukan Allah dan sorga dimulai dari kita taat melakukan kehendak-Nya di bumi seperti di sorga yaitu kita menjadi berkat bagi sesama manusia dan melayani mereka dengan kasih. Amin, Tuhan Yesus memberkati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H