Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesetiaan Tuhan kepada Umat yang Tidak Setia (Hosea 1)

16 Oktober 2024   21:50 Diperbarui: 16 Oktober 2024   21:56 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi kelak, jumlah orang Israel akan seperti pasir di laut, yang tidak dapat ditakar dan tidak dapat dihitung. Dan di tempat di mana dikatakan kepada mereka: "Kamu ini bukanlah umat-Ku," akan dikatakan kepada mereka: "Anak-anak Allah yang hidup." Orang Yehuda dan orang Israel akan berkumpul bersama-sama dan akan mengangkat bagi mereka satu pemimpin, lalu mereka akan menduduki negeri ini, sebab besar hari Yizreel itu. Katakanlah kepada saudara-saudaramu laki-laki: "Ami!" dan kepada saudara-saudaramu perempuan: "Ruhama!" (Hosea 1:10-12)

Kompasianer yang terkasih, Hosea adalah nabi di kerajaan Israel Utara pada sekitar tahun 745 SM (Hosea 1:1). Kemudian Tuhan memberi perintah agar Hosea menikahi seorang perempuan sundal untuk melahirkan anak-anak sundal. Perempuan itu bernama Gomer. Alasan Tuhan menyuruh Hosea demikian, karena Israel telah bersundal hebat dengan membelakangi Tuhan (Hosea 1:2). Dari pernikahan Hosea dan Gomer lahirlah tiga orang anak yang diberikan nama sesuai dengan penghukuman Tuhan bagi Israel yaitu: yang pertama bernama Yizreel, yang artinya penghukuman atas keluarga Yehu karena hutang darah Yizreel dan berakhirnya pemerintahan Israel (Hosea 1:4-5). Yang kedua bernama Lo-Ruhama, yang artinya Tuhan tidak akan menyayangi lagi kaum Israel dan sama sekali tidak akan mengampuni mereka (Hosea 1:6). Dan yang ketiga bernama Lo-Ami, yang artinya Israel bukan lagi umat Tuhan, dan Ia bukanlah Allahnya Israel (Hosea 1:8-9).

Ketiga anak tersebut menjadi simbol murka Tuhan yaitu penghukuman, penolakan, dan penyangkalan-Nya atas Israel. Kekalahan dan kematian, tidak dikasihi dan tidak diakui sebagai umat Allah menjadi konsekuensi terburuk yang harus diterima oleh Israel. Tetapi, kerajaan selatan yaitu Yehuda tidak akan berakhir pada saat yang sama dengan kerajaan utara yaitu Israel karena raja Hizkia sedang memimpin rakyatnya dalam pertobatan dan iman. Tuhan menyelamatkan Yerusalem, ibukota Yehuda, sehingga tidak bernasib seperti Samaria, ibukota Israel. Kerajaan Yehuda sendiri masih bertahan sampai 136 tahun lagi pasca runtuhnya kerajaan Israel. Namun, dalam kasih setia-Nya, Tuhan tetap memberi pengharapan yaitu janji keselamatan dengan pemulihan kembali status anak-anak Allah di mana orang Yehuda dan orang Israel akan bersatu kembali di dalam satu pemerintahan Mesias yang akan datang.

Dan janji itu telah digenapi dalam diri Yesus, Sang Mesias (Kristus), yang kematian-Nya untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai berai yaitu bangsa Yahudi dan seluruh bangsa di bumi (Yohanes 11:51-52), yaitu mereka yang percaya di dalam nama Yesus (Yohanes 1:12). Dengan tegaknya kerajaan Kristus lewat pemberitaan Injil dan dengan masuknya orang Yahudi maupun orang non Yahudi sebagai jemaat, maka dalam hal ini pemulihan kerajaan Yehuda dan kerajaan Israel yang dimaksud oleh Hosea jelas bersifat rohani (Roma 9:25-26; 1 Petrus 2:10; Galatia 6:16). Janji tentang jumlah orang Israel akan seperti pasir di laut sebagai penggenapan janji Tuhan kepada Abraham (Kejadian 22:17) yang diulang oleh Yakub alias Israel (Kejadian 32:12) telah terpenuhi kepada ribuan orang dari setiap suku Israel dan dari segala bangsa lain yang datang di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, yaitu Yesus Kristus (Wahyu 7:4,9; Galatia 4:27). Amin, Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekalian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun