Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Peace, A Future and A Hope (Yeremia 29:11)

8 Maret 2024   01:03 Diperbarui: 9 Maret 2024   21:54 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang perempuan Kristen sedang berada di dalam Gereja. Sumber: Pexels / Ron Lach

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11).

Kompasianer yang terkasih, latar belakang ayat ini ialah ketika nabi Yeremia melawan nubuat palsu nabi Hananya mengenai nasib bangsa Yehuda yang saat itu tertawan di Babel (Yeremia 28). Hananya mengatakan bahwa dalam waktu dua tahun perkakas rumah TUHAN beserta rakyat Yehuda akan kembali ke Yerusalem (ayat 1-4, 10-11). 

Yeremia menegaskan ciri seorang nabi yang asli dari Tuhan ialah: "Tetapi mengenai seorang nabi yang bernubuat tentang damai sejahtera, jika nubuat nabi itu digenapi, maka barulah ketahuan, bahwa nabi itu benar-benar diutus oleh TUHAN" (ayat 9), dan Yeremia itulah nabi Tuhan yang asli. Dari ayat pokok tema di atas mengenai rancangan damai sejahtera dari Tuhan, maka dapat saya simpulkan bahwa berita yang disampaikan oleh Yeremia melalui suratnya adalah tentang pembebasan Yehuda dari Babel setelah tujuh puluh tahun (Yeremia 29:10).

Dan ternyata bukan hanya di Yerusalem, di Babel pun ada nabi-nabi dan juru-juru tenung seperti Ahab bin Kolaya dan Zedekia bin Maaseya (Yeremia 29:8-9, 21) yang memberitakan nubuat dan mimpi yang palsu kepada rakyat Yehuda, demikianlah Tuhan menghukum mati mereka sama seperti kepada Hananya (Yeremia 29:21-23; 28:16-17). 

Surat dari Yeremia tersebut untuk mencegah agar rakyat Yehuda tidak mendapatkan kabar bohong yang memberi pengharapan palsu mengenai pembebasan dari Babel. Masa tujuh puluh tahun memang sangat lama, tetapi itulah hukuman yang harus diterima bangsa Yehuda karena menolak setia hanya kepada Tuhan. Namun demikian, penghukuman tersebut adalah pendisiplinan Tuhan kepada umat-Nya, bukan untuk memusnahkan mereka, apalagi Tuhan telah berjanji kepada Daud mengenai keturunannya yang akan bertakhta untuk selamanya (2 Samuel 7).

Apa yang disampaikan Yeremia menunjukkan bahwa Tuhan itu setia pada janji-Nya sekalipun umat-Nya tidak setia. Hal ini membuktikan bahwa penggenapan rencana Tuhan tidak bergantung pada pihak umat, juga keberlangsungan hidup umat tidak bergantung dari kesetiaan mereka, tetapi semuanya berdasarkan kasih setia Tuhan semata. 

Rancangan Tuhan tidak pernah berubah yaitu rancangan damai sejahtera (peace) dan bukan rancangan kecelakaan, jadi keberadaan bangsa Yehuda di Babel adalah hasil pilihan mereka sendiri. Merekalah yang memilih meninggalkan Tuhan sehingga kecelakaan dan penghukuman menjadi konsekuensi yang harus mereka tanggung. Namun Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka, Dia yang datang melalui Yeremia untuk memberitakan bahwa mereka masih punya hari depan (a future) yang penuh harapan (and a hope).

Damai sejahtera dari teks Ibrani shalom yang artinya dalam konteks surat Yeremia ialah peace with God, especially in covenant relation. Jadi, damai sejahtera yang dimaksud ialah hasil berdamainya umat yang dengan Tuhan sehingga mereka bisa pulang ke tanah perjanjian dan kembali menikmati berkat setelah mereka mencari Tuhan dan bertobat (Yeremia 29:12-14). 

Nabi Yesaya menyampaikan pesan yang senada, bahwa perlu adanya pendamaian antara umat dengan Tuhan karena dosa telah memisahkan umat dari Tuhan sehingga doa-doa mereka tidak terkabul (Yesaya 59:1-2). Dan tawaran untuk berdamai itu datangnya dari pihak Tuhan, Dialah yang memastikan pengampunan dan pemulihan bagi umat yang mencari Dia untuk bertobat karena itulah rancangan-Nya yang penuh kasih karunia (Yesaya 55:6-9; 1:18-19).

Damai sejahtera dari Tuhan untuk memastikan adanya sebuah hari depan dan sebuah harapan bagi umat yang menderita dalam tawanan di Babel. Hari depan dari teks Ibrani acharit yang artinya dari konteks ayat ini ialah end; happy close of life, sedangkan harapan dari teks Ibrani tiqvah yang artinya hope. Kata tiqvah dari kata qavah yang artinya to waiting for. 

Dengan demikian, hari depan yang penuh harapan adalah akhir yang membahagiakan dari penderitaan panjang bangsa Yehuda yaitu dengan dibebaskannya mereka dari Babel, namun mereka harus memiliki harapan untuk menunggu dengan sabar sampai waktu yang ditentukan Tuhan tiba. Dan rekonsiliasi dengan Tuhan itulah jalan satu-satunya agar umat mendapatkan damai sejahtera sebelum mereka dibebaskan dari kekuasaan Babel. Bebas dari hukuman Tuhan terlebih dahulu barulah bebas dari tawanan manusia.

Demikianlah dengan kita hari ini. Kita harus belajar untuk membedakan antara penderitaan karena ujian dari Tuhan dan penderitaan karena dosa. Penderitaan karena ujian dari Tuhan bertujuan agar kita mengenal, mengasihi dan setia kepada Dia tanpa syarat. Sedangkan penderitaan karena dosa pasti membawa kita pada kehancuran total dan kehilangan persekutuan dengan Tuhan. Namun kabar baiknya ialah Kristus telah menjadi jalan pendamaian bagi kita yang berdosa dengan Allah dalam darah-Nya sehingga kita dibenarkan oleh kasih karunia, dan kita hanya perlu memiliki iman kepada Kristus Yesus itu (Roma 3:23-30). 

Kita tidak perlu menunggu tujuh puluh tahun untuk dibebaskan dari dosa, tapi saat ini juga: "Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan" (Roma 10:13). Dan nama Tuhan yang dimaksud ialah Yesus (Roma 10:9).

Dan kebenarannya bagi kita umat Perjanjian Baru ialah kita yang beriman kepada Yesus Kristus, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah (Roma 5:1). Bukan itu saja, dalam kasih karunia kita pun bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah (Roma 5:2). 

Tadinya kita yang berdosa telah kehilangan kemuliaan Allah dan terancam hukuman mati, tetapi di dalam Kristus kita telah dibenarkan, kita telah menerima damai sejahtera dan di masa depan kita akan menerima kemuliaan Allah. Akhirnya dalam iman, pengharapan dan kasih kita akan melihat Dia muka dengan muka (1 Korintus 13:12-13; Wahyu 22:4). Amin, Tuhan Yesus memberkati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun