Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi (Mazmur 139:1-3).
Kompasianer yang terkasih, dalam mazmur ini Daud sedang menceritakan tentang kemahasempurnaan TUHAN, Allah yang dia kenal secara pribadi. Kemahasempurnaan TUHAN, Allahnya Daud ini saya akan membahasnya dalam tiga hal tentang-Nya yaitu: TUHAN, Allah Yang Mahatahu; TUHAN, Allah Yang Mahahadir; TUHAN, Allah Yang Mahakuasa. Saya bahas secara sederhana satu per satu.
1. TUHAN, Allah Yang Mahatahu (ayat 1-6)
Dikatakan, bahwa Tuhan mengenal Daud dalam pribadinya sendiri (ayat 1), mengenalnya dalam tindakan lahiriahnya (ayat 2a), dalam pikiran batiniahnya (ayat 2b), mengetahui semua perbuatan dan perkataannya (ayat 3, 4). Pokoknya, Tuhan tahu semua perbuatan dan perkataan yang baik maupun yang jahat dari Daud (ayat 5).
Daud tidak dapat memahami pengetahuan-Nya Tuhan karena terlalu ajaib untuk seorang manusia (ayat 6, 17-18). Dan bagi kita saat ini, sangatlah sukar untuk memprediksi masa depan kita meskipun banyak pakar di berbagai bidang mencobanya secara akademis. Namun iman kita mempercayai, bahwa Tuhan selalu memikirkan kita; Dialah yang paling tahu masa depan kita.
2. TUHAN, Allah Yang Mahahadir (ayat 7-12)
Daud mengakui, bahwa ia tidak dapat melarikan diri dari hadapan Tuhan karena Ia selalu ada di setiap tempat di mana Daud berada (ayat 7-8). Saat ini, jika Tuhan hadir di mana pun kita berada, maka tentu saja Dia hadir bagi kita yang sedang berada di dalam kesulitan dan pergumulan hidup yang begitu kompleks.
Jika Tuhan ada di saat kita mencoba untuk menjauh dari Dia, apalagi jika kita datang mendekat kepada-Nya. Jika Tuhan ada pada saat kita berbuat tidak baik, apalagi jika kita sedang berdoa, bergumul dan memanggil nama-Nya. Jika Tuhan ada pada waktu kita bersukacita, Ia pun ada di saat kita berdukacita. Jika Tuhan ada pada saat kita menang, Ia juga ada di kala kita gagal.
Di ayat 9-10 sebagaimana Daud, maka Tuhan memegang kita juga dengan tangan kanan-Nya (simbol kekuatan) untuk menuntun kita. Di mana? Ya di tempat yang tak terjangkau oleh kita! Segelap apa pun kondisi kita, tangan Tuhan akan memegang kita untuk melewati masa sulit seperti sekarang ini. Kegelapan tidak mempengaruhi Tuhan, tetapi Tuhanlah yang mengubah gelap menjadi terang oleh karena kehadiran-Nya (ayat 11-12).
3. TUHAN, Allah Yang Mahakuasa (ayat 13-16)
Daud mengakui, bahwa Tuhanlah yang menciptakan dia secara detail soal bagian-bagian tubuhnya. Jadi bagaimana mungkin Tuhan lalai atau abai terhadap manusia ciptaan-Nya? (ayat 13). Daud bersyukur karena keajaiban penciptaan Tuhan akan dirinya. Pengakuan dan syukur itu timbul dari kesadaran jiwanya (ayat 14-16). Inilah yang membuat Daud tidak merasa kuatir akan hidupnya.
Saat ini, ketika kita mulai kuatir akan apa yang berkenaan dengan kebutuhan hidup kita, maka ingatlah akan perkataan Yesus: "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, apa yang hendak kamu pakai... Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:25, 32-33). Inilah kesadaran bahwa Tuhan yang berkuasa atas hidup kita termasuk semua kebutuhan hidupnya.
Yang perlu kita pelajari dari mazmur ini adalah waktu kita berseru: "Ini aku, berdiri di hadapan-Mu Tuhan!", berarti menunjukkan kita memiliki relasi atau hubungan yang intim dengan Pribadi yang kita panggil Tuhan itu. Bahkan Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya untuk memanggil Allah itu Bapa ketika mereka berdoa (Matius 6:9).
Daud berulangkali berkata "Engkau", kepada Tuhan dan "aku" bagi dirinya sendiri. Jadi, bukan "aku" yang tahu, bukan "aku" yang menentukan posisi, bukan "aku" yang berkuasa, tetapi ia menunjuk kepada "Engkau" yaitu TUHAN, Allah yang kepada-Nya ia percaya dan bersandar. Nah, bagaimana dengan kita?
Ketidakmampuan kita semuanya hanya dapat dituangkan dalam satu perbuatan yang sederhana dan dilandaskan dengan iman yaitu berdoa. Klasik bukan? Tapi itulah yang dilakukan Daud, raja Israel yang terbesar. Yuk belajar dari doanya Daud di ayat 23-24: pertama, selidikilah aku. Kedua, kenallah hatiku. Ketiga, ujilah aku. Keempat, kenallah pikiran-pikiranku. Kelima, lihatlah, apakah jalanku serong. Dan keenam, tuntunlah aku di jalan yang kekal.
Demikian pelajaran Alkitab dan renungan pada hari ini. Sampai jumpa pada tulisan berikutnya, Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekalian. Haleluyah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H