Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pribadi yang Merindukan Bait Allah (Mazmur 132:1-7)

12 Juni 2023   14:28 Diperbarui: 14 Juni 2023   13:10 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nyanyian ziarah. Ingatlah, ya TUHAN, kepada Daud dan segala penderitaannya, bagaimana ia telah bersumpah kepada TUHAN, telah bernazar kepada Yang Mahakuat dari Yakub: "Sesungguhnya aku tidak akan masuk ke dalam kemah kediamanku, tidak akan berbaring di ranjang petiduranku, sesungguhnya aku tidak akan membiarkan mataku tidur atau membiarkan kelopak mataku terlelap, sampai aku mendapat tempat untuk TUHAN, tempat kediaman untuk Yang Mahakuat dari Yakub." Memang kita telah mendengar tentang itu di Efrata, telah mendapatnya di padang Yaar. "Mari kita pergi ke kediaman-Nya, sujud menyembah pada tumpuan kaki-Nya." (Mazmur 132:1-7)

Kompasianer yang terkasih, Daud di dalam penderitaan, kesulitan dan tantangan yang dialaminya bukanlah seperti ketika ia berperang di masa mudanya. Pergumulan Daud ialah kerinduan akan adanya Bait Allah atau Rumah Tuhan yang permanen. Pada waktu itu ibadah umat Israel hanya dilaksanakan di sebuah kemah yang sederhana, yang dikenal dengan Kemah Daud atau Pondok Daud.

Dalam 2 Samuel dan 2 Tawarikh, dapat dilihat baik Daud maupun Salomo ingin membangun Bait Allah. Daud yang merencanakan dan Salomo yang melaksanakan pembangunan Bait Allah yang megah itu. Daud menyiapkan semua sumber daya yang diperlukan sebelum ia wafat, dan Salomo tinggal membangun apa yang dirindukan Daud seumur hidupnya.

Sebelumnya, dalam perjalanan membawa tabut perjanjian ke Yerusalem telah terjadi kecelakaan yang tidak disengaja yang merenggut nyawa Uza, sahabat Daud, ketika ia mengulurkan tangannya demi menyelamatkan tabut itu yang hanya boleh disentuh dan diangkat oleh bani Lewi; dan tempat itu dinamakan Peres-Uza (2 Samuel 6:1-8).

Tadinya Daud sempat marah karena peristiwa itu, namun kemudian ia menjadi takut lalu menaruh tabut itu di rumah Obed-Edom, orang Gat, selama tiga bulan, dan ternyata Tuhan memberkati seisi rumah Obed-Edom. Akhirnya Daud membawa tabut itu ke Yerusalem yang disebut juga kota Daud setelah tertunda tiga bulan (2 Samuel 6:8-12).

Sepanjang perjalanan ke Yerusalem dengan sukacita Daud mempersembahkan banyak sekali korban persembahan berupa seekor lembu dan seekor anak lembu gemukan setiap para pengangkat tabut TUHAN maju enam langkah. Dan Daud menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga (2 Samuel 6:12-15). Daud tidak merasa malu berbuat demikian di hadapan rakyatnya.

Pada ayat 2-4, Daud tidak dapat tidur karena nazarnya yaitu kerinduannya begitu besar akan tabut TUHAN itu, di mana tabut itu harus berada di tempat yang terbaik yaitu Bait Allah yang direncanakan oleh Daud. Namun ternyata Tuhan tidak mengizinkan untuk membangunnya karena Salomo yang ditetapkan-Nya untuk membangun Bait Allah secara permanen (2 Samuel 7:1-13).

Kerinduan Daud yang luar biasa menunjukkan bahwa ia adalah orang yang senantiasa ingin melakukan yang terbaik bagi Tuhan. Sejak muda sampai tua Daud selalu merindukan Tuhan, dan kerinduan terbesarnya ialah seluruh Israel datang sujud menyembah kepada Tuhan. Daud gagal membangun Bait Allah, tetapi imannya yang selalu bergelora untuk Tuhan tidak pernah padam.

Dalam Yohanes 2:19, Tuhan Yesus mengatakan bahwa jika Bait Allah dirombak, maka Ia akan mendirikannya kembali dalam tiga hari. Ternyata ayat 21-22 maksudnya ialah bahwa tubuh Yesus sendirilah Bait Allah itu; Ia akan mati dan bangkit pada hari yang ketiga sesuai yang telah diucapkan-Nya kepada para murid.

Di manakah Bait Allah dalam Perjanjian Baru? Di dalam diri setiap jemaat Kristus! (1 Korintus 3:16-17; 6:19). Ternyata, janji Tuhan kepada Daud dalam 2 Samuel 7:12-16 tentang keturunan dan kerajaannya yang kokoh untuk selama-lamanya menunjuk pada Yesus Kristus dan Kerajaan Allah yang telah digenapi sebagai Perjanjian Baru.

Jadi, siapakah sesungguhnya pribadi yang paling merindukan adanya Bait Allah? Ya Allah itu sendiri! Dia yang menentukan pembangunan Bait-Nya dan yang memberikan emas dan perak kepada Daud dan Salomo sebagai modalnya. Dan akhirnya, Bait Allah yang sejati itulah tubuh Kristus, jemaat-Nya, dengan diri-Nya sendiri sebagai bayarannya (1 Korintus 6:19-20).     

Sebagai jemaat yang sadar bahwa tubuh kita milik Allah sebagai bait-Nya yang kudus, seberapa rindu kita untuk bersekutu dengan Dia? Allah tidak lagi tinggal di sebuah bangunan; Roh Kudus tinggal di dalam kita, tidak ada lagi ruang pemisah, Dia hadir kapan pun kita membutuhkan-Nya. Merindukan bait Allah yang kudus berarti kita tidak mencemari diri atau tubuh kita dengan dosa.

Demikian pelajaran Alkitab dan renungan pada hari ini, sampai jumpa pada tulisan berikutnya. Selamat beraktivitas, Tuhan Yesus memberkati. Haleluyah!

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun