Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Berharap Kepada Tuhan Menenangkan Jiwa (Mazmur 131)

8 Juni 2023   21:09 Diperbarui: 14 Juni 2023   13:11 1350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Sebuah rumah di daerah yang sangat tenang dengan danau dan pegunungan. Sumber: Unsplash / Luca Bravo

Nyanyian ziarah Daud. TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. Seseungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku. Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya! (Mazmur 131)

Kompasianer yang terkasih, tiga hal di ayat 1 yang biasanya ada pada manusia, tetapi ditolak oleh Daud sebagai umat TUHAN: yang pertama, tinggi hati; yang kedua, sombong; dan yang ketiga, mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib.

Banyak orang yang mengejar kesuksesan untuk mendapatkan pengakuan bahwa mereka hebat. Namun ironisnya, ketika mereka telah mendapatkan semua yang diimpikan justru mereka terpuruk di dalam kehancuran jiwa.

Daud adalah seorang raja yang memiliki segala kesuksesan dan kekayaan serta nama besar sepanjang masa. Namun Daud pun akhirnya jatuh juga ke dalam tiga hal yang ditolaknya di ayat 1! Ini membuktikan bahwa tidak seorang pun yang kebal terhadap dosa dan kesalahan dalam hidupnya.

Dalam Samuel pasal 24 Daud menyuruh Yoab, panglima tentaranya, untuk menghitung kekuatan militer Israel, namun hal itu dipandang jahat oleh TUHAN. Selama hidupnya Daud mendapatkan kemenangan atas musuh-musuh Israel hanya karena pertolongan TUHAN, bukan karena militernya kuat. Syukurlah, Daud bertobat dan ia pun dipulihkan TUHAN.

Contoh lainnya di dalam Alkitab tentang kejatuhan akibat ketiga hal di ayat 1 itu ialah Adam dan Hawa (Kejadian 3), serta Lucifer, penghulu malaikat pemuji TUHAN (Yesaya 14:1-22; Yehezkiel 28:11-19). Mendapatkan kesuksesan, kekayaan, dan ketenaran bisa diperoleh manusia, tetapi apakah ia mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan setelah meraih semuanya itu?

Di ayat 2, ketika Daud kehilangan ketenangan dan kebahagiaannya, ia tersadar bahwa ia harus kembali kepada TUHAN, Sang sumber kehidupan yang membahagiakannya selama ia berpaut kepada-Nya. Seringkali TUHAN harus mendisiplinkan umat-Nya yang telah terlena dengan berkat-Nya, yang oleh karenanya mereka telah kehilangan persekutuan dengan Dia.

Seperti anak yang disapih ibunya, Daud sadar bahwa TUHANlah yang telah mengaruniakan segalanya melalui proses penderitaan yang panjang dalam hidupnya, namun semuanya berantakan dalam sekejab. Daud teringat masa-masa indah ketika ia hidup bergantung sepenuhnya kepada TUHAN sedari ia hanyalah seorang gembala di padang sampai ia menjadi seorang raja Israel.

Ketika Daud kembali kepada TUHAN dan mengandalkan Dia, maka jiwanya kembali mendapatkan ketenangan. Dan akhirnya di ayat 3, Daud mengajak kepada seluruh Israel untuk berharap hanya kepada TUHAN.

Menikmati kehidupan adalah berkat TUHAN, untuk itu jalanilah hidup dengan sederhana. Kalau pun bisa sukses, kaya dan terkenal itu semua hanyalah anugerah TUHAN semata. Ketenangan jiwa terletak pada iman dan pengharapan dengan bersandar penuh pada kasih TUHAN meskipun harus melewati lembah kekelaman.

Demikian pelajaran Alkitab dan renungan pada hari ini. Selamat beraktivitas, Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekalian. Haleluyah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun