Dari Daud. Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN, sebab aku telah hidup dalam ketulusan; kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu. Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku. Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu. Aku tidak duduk dengan penipu, dan dengan orang munafik aku tidak bergaul; aku benci kepada perkumpulan orang yang berbuat jahat, dan dengan orang fasik aku tidak duduk. Aku membasuh tanganku tanda tak bersalah, lalu berjalan mengelilingi mezbah-Mu, ya TUHAN, sambil mendengarkan nyanyian syukur dengan nyaring, dan menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib (Mazmur 26:1-7).
Kompasianer yang terkasih, dua tahun lalu mantan presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, curhat di Facebook, Youtube SBY dan akun Instagram almarhumah isterinya: Ani Yudhoyono In Memoriam. Tulisannya berjudul: "Kebenaran dan Keadilan Datangnya Sering Terlambat", tertanggal 15 Maret 2021.
SBY mengatakan bahwa dalam kekuatan iman yang dimilikinya, ia bertanya kepada Sang Pencipta, juga mengadu, mengapa cobaan itu mesti datang seperti itu. SBY merasa sangat terluka dengan perbuatan sejumlah sahabatnya terkait dengan konflik yang terjadi di Partai Demokrat. Demikian yang ditulis sindonews.com tertanggal 18 Maret 2021.
Kembali ke ayat pokok kita. Mazmur ini berisi tentang curhatan Daud, raja Israel, yang memohon keadilan dari Tuhan. Di ayat 1, Daud berkata: "Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN." Dari beberapa terjemahan bahasa Inggris dituliskan dengan "Judge me, O Lord" (KJV, ASV, BST, etc.). Ada juga yang menerjemahkannya dengan "Vindicate me, O Lord" (NIV, ESV, BSB, etc.).
Frasa 'Vindicate me' bukan hanya berarti 'Berilah keadilan kepadaku', tetapi 'Nyatakanlah yang benar bahwa aku memang bersikap secara benar.' Ada dua alasan Daud memohon keadilan kepada Tuhan:
1. "Sebab aku telah hidup dalam ketulusan" (ayat 1b). Kata 'ketulusan' dari teks Ibrani artinya integritas.
2. "Kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu" (ayat 1c). Hanya kepada Tuhan Daud percaya akan mendapatkan keadilan tanpa keraguan sedikitpun.
Dengan dasar itulah Daud berani memohon kepada Tuhan untuk melakukan hal ini kepadanya:
1. "Ujilah aku (examine me), ya TUHAN, dan cobalah aku" (prove me; ayat 2a).
Daud memohon agar Tuhan menguji seperti seorang guru kepada muridnya dan membuktikan bahwa apa yang Daud katakan mengenai integritas dan imannya adalah benar.
2. "Selidiki batinku dan hatiku" (ayat 2b).
Daud mengungkapkan seluruh pribadinya yaitu pikiran, motif, dan tindakannya di hadapan Tuhan dengan apa adanya.
Kedua alasan tersebut bukan menunjukkan kesombongan, tetapi inilah kejujuran dan kerendahhatian Daud di hadapan Tuhan. Daud sangat yakin bahwa dirinya patut mendapatkan perhatian Tuhan demi memperoleh keadilan: "Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu" (ayat 3).
Kemudian Daud menambahkan bukti-bukti, bahwa ia tidak hidup menyimpang:
1. Aku tidak duduk dengan penipu (ayat 4).
2. Aku tidak bergaul dengan orang munafik (ayat 4).
3. Aku benci kepada perkumpulan orang yang berbuat jahat (ayat 5).
4. Aku tidak duduk dengan orang fasik (ayat 5).
Namun tidak berarti Daud hidup secara inklusif, sebagaimana orang Farisi hidup di zaman Yesus. Tetapi orang-orang yang mempraktikkan kehidupan berdosa menjadi gaya hidup, itulah yang dijauhi oleh Daud. Sebaliknya, Daud menunjukkan kehidupan yang benar dan berkenan kepada Tuhan, yaitu:
1. Beribadah kepada Tuhan dalam kekudusan (ayat 6).
2. Bersyukur dan bersaksi akan perbuatan Tuhan yang ajaib (ayat 7).
Dengan demikian, untuk memohon keadilan dari Tuhan, maka Daud sendiri membuktikan dirinya pantas untuk mendapatkannya dengan keadaan hati dan perbuatan-perbuatan yang tidak melawan Tuhan dan tidak merugikan orang lain.
Bagaimana dengan kita yang mungkin sedang mengharapkan keadilan dari Tuhan atas masalah yang sedang terjadi, apakah kita didapati benar di hadapan Tuhan baik sikap hati maupun perbuatan-perbuatan kita? Kiranya Tuhan menyingkapkan keadaan hidup kita yang sebenarnya sehingga keadilan itu memang patut untuk kita terima.
Demikian pelajaran Alkitab dan renungan pada hari ini. Sampai jumpa pada tulisan berikutnya, Tuhan Yesus memberkati. Haleluyah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H