Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kita Ini Rumah Doa atau Sarang Penyamun? (Lukas 19:45-46)

9 Maret 2023   15:53 Diperbarui: 9 Maret 2023   15:57 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: sebuah Katederal yang berdiri megah. Sumber: Pixabay / mhollaen

Ketika seorang jemaat menggunakan kemiskinannya untuk selalu mendapatkan uang dari gereja, maka ia telah menjadi penyamun yang memanfaatkan kebaikan gembala sidang atau anggota jemaat lainnya. Jemaat seperti ini ketika tidak diberikan uang, maka ia akan ngambek dan pindah ke gereja lain.

2. Rumah doa

Sebagai bait Allah tubuh kita adalah persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadah kita yang sejati (Roma 12:1). Jadi kita adalah rumah doa; tubuh yang dipersembahkan bagi Allah.

Sebagai bait Roh Kudus, tubuh kita harus dipakai untuk memuliakan Allah (1 Korintus 6:20). Jadi kita adalah rumah doa; tubuh yang dipakai oleh Roh Kudus untuk memuliakan Allah. 

Bait Allah Perjanjian Baru bukanlah di mana atau kapan atau bagaimana kita menyembah, tetapi dengan siapa kita menjalin hubungan yaitu dengan Allah.

Yesus lebih besar dari Bait Allah Perjanjian Lama, jadi kita sebagai jemaat-Nya adalah rumah doa yaitu pribadi yang menjalin hubungan dengan Allah di dalam nama Tuhan Yesus Kristus; Dialah pokok doa-doa kita seumur hidup. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun