Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup Ini adalah Kesempatan (Lukas 16:31)

16 Februari 2023   01:03 Diperbarui: 17 Februari 2023   20:21 3065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengar kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati. (Lukas 16:31)

Kompasianer yang terkasih, judul artikel kali ini sama dengan judul lagu ciptaan almarhum Pendeta Emus Latumahina yang populer dinyanyikan di gereja-gereja dan persekutuan-persekutuan doa. Kalau kita membaca satu perikop dari ayat 19-31, maka kita dapat memahami pengajaran Yesus tentang orang kaya yang melewatkan kesempatan untuk berbuat baik kepada Lazarus yang miskin. Lazarus yang ini berbeda dengan Lazarus saudaranya Maria dan Marta.

Lazarus adalah seorang pengemis yang hidupnya saleh, namun sangat miskin. Orang miskin ini berada dalam titik yang sangat luar biasa rendahnya, baik dalam kesengsaraannya maupun dalam hal-hal jasmani lainnya. Tubuhnya penuh dengan borok, ia terpaksa mengemis meminta sisa-sisa makanan dekat pintu rumah orang kaya, dan anjing-anjing datang menjilati boroknya (ayat 19-21).

Orang kaya dalam cerita ini tidak disebutkan namanya, hal ini bisa menunjuk kepada siapa saja yang kaya harta, namun miskin dalam kemurahan hati. Sedangkan nama Lazarus artinya pertolongan Allah, menunjukkan kepada siapa saja yang miskin dan menderita dalam dunia ini, yang dalam ketidakberdayaannya, ada Allah yang peduli kepadanya.

Akhirnya, Lazarus dan si orang kaya mati, lalu dikubur. Dan keadaan menjadi terbalik: Lazarus berbahagia dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham (ayat 22), sementara si orang kaya menderita sengsara di alam maut (ayat 23). Singkatnya, Lazarus yang miskin dan menderita di dunia akhirnya berada di sorga, sedangkan si orang kaya yang terhormat di dunia berakhir di neraka.

Ada empat hal yang menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa hidup ini adalah kesempatan:

1. Kekayaan dan kemiskinan tidak identik dengan berkat dan kutuk dari Allah (ayat 19-21)

Bahwa kekayaan tidak selalu dimiliki oleh orang beriman, dan kemiskinan tidak selalu menunjuk kepada orang beriman. Orang Kristen modern sering salah mengira, bahwa kalau seseorang kaya harta, itu berarti ia beriman dan diberkati Tuhan. Sebaliknya, kalau seseorang miskin harta, itu pertanda ia kurang beriman atau tidak beriman sehingga ia dikutuk Tuhan.

2. Semua orang pasti akan mati (ayat 22-23a)

Kematian akan datang dengan tidak memandang orang kaya atau orang miskin, orang yang sakit atau orang yang sehat, cepat atau lambat semua orang pasti mati. Banyak orang Kristen yang keliru mengira, bahwa kalau seseorang beriman dan rajin beribadah ia pasti berumur panjang. Sedangkan kalau seseorang tidak beriman dan malas beribadah ia akan lebih cepat mati.

Faktanya, Alkitab mengatakan bahwa kematian adalah kepastian bagi semua orang yang telah berbuat dosa sejak Adam jatuh ke dalam dosa (Roma 5:12-14). Dengan demikian, kematian tubuh fisik tidak ditentukan oleh faktor seseorang beriman atau tidak beriman, rajin atau tidak rajinnya orang itu beribadah kepada Tuhan.

3. Masih ada kehidupan setelah kematian tubuh (ayat 22-23b)

Setelah mengalami kematian, yang satu hidup dalam kebahagiaan abadi dan yang satu lagi hidup dalam kesengsaraan yang abadi (ayat 22-26). Dari kisah di atas, Yesus menegaskan kepada kita semua bahwa sorga dan neraka adalah realitas, bukan imajinasi belaka! Orang yang mati dalam Tuhan pasti berbahagia dan tidak mengalami kematian kekal (Wahyu 14:12-13; 20:6), sedangkan orang yang mati di luar Tuhan pasti mengalami kematian kekal (Wahyu 20:11-15).

4. Tidak ada kesempatan lagi setelah kematian tubuh (ayat 27-31)

Kesadaran seseorang setelah mengalami kematian sudah terlambat, tidak berguna sama sekali. Kesempatan untuk bersaksi telah diberikan semasa hidup orang itu, tetapi tidak dilakukan. Bagi orang Kristen, kesempatan bersaksi tentang Tuhan Yesus dan berbuat kasih kepada sesama hanya dapat dilakukan oleh orang yang masih hidup, orang yang sudah mati tidak mungkin dapat melakukannya (Ayub 7:9-10).

Dalam penghakiman terakhir pada waktu kedatangan-Nya yang kedua, Tuhan Yesus dalam kemuliaan-Nya akan menghakimi semua orang. Di sinilah penentuan siapa yang akan menerima kebahagiaan kekal dan siapa yang akan menerima kesengsaraan kekal yaitu mereka yang melakukan dan yang tidak melakukan kehendak Allah (Matius 25:31-46).

"Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku dalam penjara, kamu mengunjungi Aku... Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:34-36, 40).

Jadi jelas, ketika kita diberikan kesempatan untuk berbuat kasih kepada sesama yang menderita, maka segeralah lakukan itu. Perbuatan kasih kepada sesama manusia terhitung sama dengan kita melakukannya untuk Tuhan. Yuk, nyanyikan lagu yang menjadi tema kita hari ini:

"Hidup ini adalah kesempatan, hidup ini untuk melayani Tuhan. Jangan sia-siakan apa yang Tuhan b'ri, hidup ini harus jadi berkat. (Reff) Oh Tuhan, pakailah hidupku, selagi aku masih kuat. Bila saatnya nanti kutak berdaya lagi, hidup ini sudah jadi berkat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun