Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerdik di Masa Kritis (Lukas 16:8)

8 Februari 2023   22:09 Diperbarui: 8 Februari 2023   22:18 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Manajer keuangan sedang bekerja. Sumber: Pexels / Tima Miroshnichenko

Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. (Lukas 16:8)

Kompasianer yang terkasih, ini adalah salah satu dari perumpamaan Yesus yang sulit dipahami dengan hanya membacanya sembari lewat. Para ahli tafsir Alkitab pun banyak yang berbeda pendapat soal ini. Tetapi, saya ingin menyampaikan maksud perumpamaan tersebut secara sederhana saja sebagai bahan perenungan kita pada hari ini.

Namun demikian, kita harus berhati-hati ketika menafsir tentang sang tokoh utama dalam perumpamaan ini yaitu seorang bendahara yang tidak jujur. Yesus tidak pernah membenarkan ketidakjujurannya, tetapi yang menjadi poin pengajaran-Nya ialah soal kecerdasan si bendahara ketika menghadapi masa kritis dalam kehidupannya.

Pada ayat 1 diceritakan, bahwa ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Orang kaya itu adalah pemilik modal atau perusahaan, dan bendahara itu adalah semacam manajer yang bertugas mengelola keuangan sang pemilik. Lalu terjadilah masalah ketika si bendahara dituduh menghamburkan uang perusahaan dan ia pun terancam dipecat (ayat 2).

Pada ayat 3-4, si bendahara mulai memikirkan masa depannya apabila ia dipecat, dan ke mana ia harus pergi agar mendapatkan tempat perteduhan. Jadi, si bendahara terancam dipecat dan diusir oleh tuannya. Tetapi pada ayat 5-7, si bendahara kemudian bertindak dengan sangat cerdik.

Si bendahara mendatangi para debitur tuannya dan membuat kesepakatan baru dengan mereka soal kewajiban mereka untuk membayar utang. Ia memberikan diskon sebanyak 50% dan 20% kepada masing-masing debitur. Hal ini tentu menguntungkan bagi para debitur, karena mereka mendapat keringanan pembayaran utang.

Menurut ahli, tindakan si bendahara tidak merugikan sang tuan, karena diskon yang diberikan kepada para debitur itulah keuntungan perusahaan. Yah lumayanlah, paling tidak sang tuan bisa balik modal daripada tagihannya macet sama sekali. Dalam hal ini, si bendahara mendapat utang budi dari para debitur. Inilah kecerdikannya si bendahara.

Kecerdikannya inilah yang dipuji oleh sang tuan. Jadi jelas, yang dipuji adalah kecerdikan si bendahara, bukan ketidakjujurannya. Tidak jujur adalah perbuatan yang tidak baik yang diperbuat sebelumnya, tetapi dengan ancaman pemecatan itulah yang mengubah perilaku dari si bendahara.

Namun demikian, perumpamaan ini berbeda dengan perumpamaan tentang pertobatan di pasal 15 yang telah saya bahas sebelumnya. Di ayat pokok, ayat 8b adalah penjelasan Yesus, bahwa anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang. Dengan demikian, Yesus mendorong orang-orang beriman untuk cerdik di masa kritis.

Ada dua hal yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dari perumpamaan tersebut. Pertama, berani mengambil langkah yang tepat untuk masa depan dalam situasi kritis. Kedua, tidak melarikan diri dari masalah, melainkan berupaya untuk menyelesaikannya dengan cara yang taktis dan kreatif.

Pada ayat 9 sebagai penutup, sebenarnya Yesus sedang mengkritisi para pendengar, karena bagian ini yang sering disalahpahami. Yesus tidak mengajarkan, bahwa hidup kita harus bergantung kepada uang, karena uang hanyalah sarana yang menunjang keseharian kita, tetapi bukan sebagai dasar untuk mengukur kehidupan rohani kita.

Dan Yesus tidak sedang mengatakan, bahwa dengan uang yang didermakan, maka kita akan masuk sorga, tetapi sebagai orang beriman kita harus menggunakan uang dengan bijak dan bertanggung jawab, dan kita tidak boleh terikat dengan uang. Uang bisa dipakai untuk melayani Tuhan dan sesama, tetapi uang tidak boleh menggantikan hubungan kita dengan Tuhan dan sesama, karena uang bersifat fana, hanya kehidupan rohanilah yang bersifat kekal.

Demikian pelajaran Alkitab dan renungan pada hari ini. Tetap berdoa dan bersemangat ya! Sampai jumpa pada tulisan berikutnya, Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekalian. Haleluyah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun