Pada H-1 saya ditelepon dan diminta untuk berangkat dengan kereta api yang jenis argo itu (saya lupa namanya) dan menginap di suatu hotel yang dekat dengan lokasi seminar. Wow, yang saya dapatkan melebihi permohonan saya kepada Tuhan. Belum cukup sampai di situ, saya diberikan uang saku yang cukup banyak dari si ibu gembala melalui seorang stafnya.
Setibanya di Surabaya, saya mengucap syukur sembari berkata: "Tuhan, aku sudah tiba dengan selamat. Saat pembukaan seminar nanti, aku dapat kursi di paling belakang pun aku sudah sangat senang bisa mengikuti seminar ini." Sekali lagi, ini perkataan yang tulus, benar-benar saya sampaikan kepada Tuhan sebagai syukur atas berkat-Nya.
Dan apa yang terjadi? Setelah mandi sore, seorang anggota gereja datang dan memberikan saya sebuah kartu berwarna hijau dengan tulisan "VIP"! Di manakah kursi saya? Tepat di belakang para pembicara internasional itu! Apalagi? Setiap pagi saya dijemput untuk sarapan di rumah gembala penyelenggara seminar, dan saya satu-satunya yang bukan anggota gerejanya yang ada di situ!
Itulah kesaksian yang dapat saya bagikan sesuai dengan topik di atas. Saya mendapatkan anugerah Tuhan, sebuah kehormatan yang saya terima dari doa sederhana yang disampaikan dengan kerendahan hati. Apa yang Tuhan berikan selalu melebihi dari apa yang saya minta, bukan hanya sekali, tapi berkali-kali sehingga tidak cukup kata-kata sekalipun untuk berterima kasih kepada-Nya.
Sampai jumpa pada tulisan berikutnya, Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekalian. Haleluyah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H