Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kehormatan Itu bagi Orang yang Rendah Hati (Lukas 14:7-11)

26 Januari 2023   01:59 Diperbarui: 27 Maret 2023   19:16 1489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Meja-meja dan kursi-kursi yang disiapkan bagi tamu-tamu khusus dalam acara perkawinan. Sumber: Pixabay / danafleitman

Karena Yesus melihat bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Lukas 11: 7-11)

Kompasianer yang terkasih, kita semua pasti pernah menghadiri pesta pernikahan atau pernah menyelenggarakan pesta pernikahan, entah pestanya sederhana atau mewah. Biasanya, pesta yang diadakan di sebuah gedung pasti ada satu atau dua sudut dekat panggungnya pengantin yang meja dan kursinya dikhususkan untuk anggota keluarga terdekat atau kerabat yang telah ditentukan untuk duduk di situ yang biasa disebut VIP. Itu berarti, tidak semua tamu yang boleh duduk di situ.

Dalam kisah yang hanya ditulis oleh Lukas tersebut, Yesus memberi perumpamaan setelah Ia melihat para tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan (ayat 7). Peristiwa ini terjadi di rumah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi yang mengundang Yesus dan para tamu lainnya untuk makan di rumahnya (ayat 1).

Menurut budaya Yunani pada waktu itu, berbagai kategori tamu akan diatur untuk duduk di posisi yang berbeda, dan bahkan jenis makanan akan berbeda juga, tergantung pada tingkat kehormatan para tamu. Dan tentu saja, ini merupakan hal yang sangat prestisius.

Dalam perumpamaan tersebut, Yesus sedang mengajari para tamu itu agar mereka menjadi orang yang rendah hati. Rendah hati adalah kemampuan untuk mengenali diri sendiri dan posisinya secara tepat, baik di mata Allah maupun di hadapan orang lain. Kerendahan hati berarti kita belajar menjadi orang yang sadar diri dan tahu diri. Sikap rendah hati itulah yang membuat kita mendapatkan kehormatan dari Tuhan sebagai anugerah (bandingkan Amsal 25:6-7).

Saya menutup pelajaran singkat ini dengan sebuah kesaksian tentang bagaimana mempraktikkan kerendahan hati di hadapan Tuhan dan mendapatkan kehormatan dari-Nya. Saya teringat pada tahun 2006, saya berdoa agar bisa mengikuti sebuah seminar tentang gereja di Bandung dengan pembicaranya dari Korea Selatan. Namun, sampai pada hari H saya tidak punya uang untuk membeli tiketnya. Ya sudah, saya tetap mengucap syukur.

Seminggu kemudian, saya ditelepon oleh seseorang agar datang ke sebuah gereja di daerah Kemayoran (gereja yang berbeda sinode dengan gereja saya). Di sana saya dipertemukan dengan ibu gembala dari gereja tersebut yang tidak saya kenal (dan sebaliknya). Beliau menanyakan kesiapan saya untuk mengikuti seminar internasional dari gereja pusat mereka di Surabaya selama tiga hari.

Saya bingung karena tidak pernah mendaftar, saya tidak tahu ada seminar, dan si ibu gembala tersebut juga heran karena nama saya sudah terdaftar sebagai peserta seminar yang dibiayai oleh gereja tersebut. Singkat kata, saya akhirnya menerima dan berterima kasih kepada ibu gembala tersebut. Kami hanya bisa tertawa dengan apa yang terjadi.

Pulang dari situ, saya bersyukur kepada Tuhan dan berkata: "Tuhan, Engkau telah memberikan apa yang aku minta dan ini lebih baik lagi karena yang di Bandung pembicaranya satu orang dari Korea Selatan, tetapi yang di Surabaya pembicaranya lima orang dari berbagai negara, dan salah satu pembicaranya merupakan penulis buku favoritku."

Saya melanjutkan: "Oke Tuhan, aku sedang tidak punya uang, kalau Engkau berkenan memberikannya untuk ongkos ke Surabaya meskipun sekedar untuk naik bus non AC, itu cukup bagiku. Di sana, meskipun hanya di lobby atau emperan gereja asal diizinkan untuk tidur aku sudah senang." Ini saya katakan kepada Tuhan dengan jujur, dengan kerendahan hati, hati yang bersyukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun