Herodes, raja wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan ia pun merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata: "Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal yang demikian?" Lalu ia berupaya supaya dapat bertemu dengan Yesus. (Lukas 9:7-9)
Kompasianer yang terkasih, Herodes dalam pembacaan di atas adalah raja wilayah atas Galilea. Menurut kamus Alkitab, dia adalah Herodes Antipas. Dialah yang membunuh Yohanes Pembaptis, yang tidak ditulis oleh Lukas, namun ditulis oleh Matius dan Markus. Yohanes Pembaptis dieksekusi dengan cara dipenggal kepalanya atas hasutan Herodias, isteri Herodes (Matius 14:1-12; Markus 6:14-29).
Kecemasan Herodes dikarenakan isu yang beredar, bahwa Yohanes Pembaptis telah bangkit dari antara orang mati (ayat 7). Memang yang diberitakan adalah tentang Yesus, tetapi Herodes mendengar mengenai perbuatan-perbuatan adikodrati dari Yesus sehingga ia menyimpulkan, bahwa Yesus itulah Yohanes Pembaptis yang bangkit (Matius 14:1-2; Markus 6:14-16).
Ditambah lagi dengan berita-berita susulan mengenai kemungkinan Yesus adalah Elia atau salah seorang dari nabi-nabi Perjanjian Lama yang telah bangkit (ayat 8) menambah rasa penasaran Herodes untuk bertemu dengan Yesus (ayat 9).
Lukas kemudian menuliskan (dan hanya Lukas yang menulis bagian ini), bahwa Herodes akhirnya bertemu dengan Yesus setelah Ia ditangkap (Lukas 23:8-12). Tetapi, setelah Herodes bertemu dengan Yesus dan mengajukan banyak pertanyaan, ia bersama pasukannya kemudian menista dan mengolok-olok Yesus (ayat 9-11).
Ah, ternyata keinginan Herodes untuk bertemu dengan Yesus bukan karena kerinduan untuk mengenal Yesus sebagai Mesias, tetapi ia hanya mengharapkan Yesus untuk mengadakan suatu tanda (maksudnya mujizat; ayat 8). Ketika Yesus tidak menanggapi keinginan Herodes, maka Herodes kemudian menjadi kecewa sehingga ia menista dan mengolok-olok Yesus.
Inilah motivasi yang salah untuk bertemu dengan Yesus. Motivasi yang salah dari Herodes disebabkan oleh beberapa hal:
1. Herodes tidak memahami Kitab Suci sehingga ia tidak bisa membedakan antara Yesus dengan Yohanes Pembaptis (Matius 14:1-2).
2. Herodes senang mendengar khotbah Yohanes Pembaptis, tetapi ia tidak menerima dengan sepenuh hati, itu sebabnya hatinya selalu terombang-ambing sehingga ia tidak bisa bertobat dan berkomitmen kepada Tuhan (Markus 6:20).
3. Herodes seorang raja yang angkuh. Jika Herodes memang ingin bertemu dengan Yesus untuk mengenal-Nya, ia bisa dengan rendah hati mengundang Yesus untuk datang ke istana atau ia yang datang menemui Yesus yang tidak pernah menolak orang-orang yang mengundang atau yang mendatangi-Nya.
Nah, pelajarannya bagi kita sebagai umat Kristen, janganlah memiliki hati seperti Herodes di dalam mencari Tuhan. Yesus bukanlah pesuruh kita yang harus selalu mengadakan mujizat, dan menjawab setiap keinginan hati kita meskipun kita meminta demi nama-Nya. Yesus tahu motivasi di dalam hati kita ketika kita mencari Dia.
Ingat, para nabi di Perjanjian Lama dan para rasul di Perjanjian Baru hanyalah pesuruh dan utusan Tuhan, mereka hanyalah para hamba yang melakukan perintah Tuhan. Mujizat yang terjadi dalam pelayanan mereka hanya karena kehendak Tuhan. Marilah kita mencari Tuhan dalam doa, pembacaan dan perenungan firman Allah, dan belajar untuk mengenal-Nya dalam perjalanan hidup kita pada hari-hari ini meskipun tidak ada hal yang spektakuler terjadi secara kasatmata. Bersyukurlah dalam segala hal.Â
Demikianlah pelajaran Alkitab dan perenungan untuk kali ini. Sampai jumpa pada tulisan berikutnya, Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekalian. Haleluyah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI