Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesetiaan Versus Masalah (2 Tawarikh 32:1)

15 Januari 2023   23:00 Diperbarui: 15 Januari 2023   23:02 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: seorang laki-laki sedang berlutut sambil membaca Alkitab. Sumber: Unsplash / Ben White

Setelah peristiwa yang menunjukkan kesetiaan Hizkia itu datanglah Sanherib, raja Asyur, menyerbu Yehuda. Ia mengepung kota-kota berkubu, dan berniat merebutnya. (2 Tawarikh 32:1)

Kompasianer yang terkasih, pada tulisan saya sebelumnya yang berjudul "Ibadah Awal Tahun: Saatnya Mereformasi Diri", dijelaskan tentang iman Hizkia, raja Yehuda, yang bergiat di dalam mereformasi kehidupan spiritual bangsa Yehuda di awal pemerintahannya.

Setelah catatan yang sangat mengesankan di dua ayat sebelumnya, maka penulis Tawarikh segera beralih dari kisah kesuksesan menjadi pergumulan besar seorang Hizkia yang dikatakan sebagai orang yang setia kepada Allah.

Masalah besar Hizkia adalah ketika Sanherib, raja Asyur, menyerbu Yehuda. Dalam 2 Raja-Raja 18:23, dikatakan bahwa kota-kota berkubu Yehuda telah berhasil direbut oleh Asyur dan tinggal kota Yerusalem, ibukota Yehuda, yang belum dikuasai sehingga dikepung oleh tentara Asyur.

Kalau kita membaca peristiwa ini dari 2 Raja-Raja 18:13-21, ternyata Hizkia pernah tunduk kepada Asyur dengan memberikan upeti yang sangat besar (ayat 14-16). Hal ini terjadi pada masa raja Sargon II berkuasa.

Namun, setelah raja Sargon II wafat dan digantikan oleh Sanherib, Hizkia memimpin pemberontakan negara-negara di wilayah barat melawan Asyur dan bersekongkol dengan Mesir. Inilah yang menjadi penyebab penyerbuan Asyur ke Yehuda (ayat 17-21).

Rupa-rupanya Hizkia pernah diperingatkan oleh nabi Yesaya, bahwa Mesir akan kalah (Yesaya 20:1-6) dan diberi peringatan keras sekali oleh Tuhan bahwa bahaya akan menimpa Yehuda apabila tetap bergantung kepada Mesir (Yesaya 30:1-14).

Dengan demikian, meskipun Hizkia dikatakan hidupnya bergantung kepada Tuhan, tetapi ia juga pernah bertindak konyol dan bodoh ketika ia mencoba bersandar kepada kekuatan raja Mesir dan bukan kepada Allah, Sang Raja sorga.

Tetapi syukurlah, pengepungan Asyur dengan bala tentara yang besar dan kuat menyadarkan Hizkia untuk kembali mengandalkan kekuatan Tuhan, Allahnya. Raja Yehuda yang terdesak itu akhirnya insaf bahwa Tuhanlah yang selama ini telah melindungi umat perjanjian-Nya tersebut.

Di satu pihak, juru minuman agung Asyur terus menerus merendahkan Hizkia dan Yehuda, lalu menghina TUHAN, Allahnya Israel (2 Raja-Raja 18:18-35). Ancaman kedua Asyur disampaikan dengan surat (2 Raja-Raja 19:8-13). Di pihak lain, Allah sedang merancangkan kehancuran Asyur dan kematian Sanherib, rajanya (Yesaya 37:6-7).

Setelah mendengar ancaman dan penghinaan Asyur, maka Hizkia segera bertindak yaitu ia masuk ke rumah Tuhan, membentangkan surat ancaman itu di hadapan Tuhan dan berdoa mengadukan perkara tersebut kepada-Nya (2 Raja-Raja 19:1, 14-19).

Di dalam 2 Tawarikh 32:20, dikatakan bahwa Hizkia bersama dengan Yesaya berdoa dan berseru kepada sorga. Dan Tuhan segera meresponinya dengan mengirim malaikat-Nya untuk melenyapkan Sanherib dan seluruh pasukannya.

Demikianlah Tuhan menyelamatkan umat-Nya ketika mereka mencari dan meminta kepada-Nya (2 Tawarikh 32:21-22). Hizkia dalam kesetiaannya berhasil menang melawan masalah besarnya oleh karena Tuhan dan ia diberkati dalam segala hal (2 Tawarikh 32:23).

Sebagai kesaksian, saya teringat permasalahan hukum almarhum papa saya di tahun 2007 (saat itu saya sudah menjadi Pendeta). Ketika itu papa sedang melawan seorang mafia tanah Jakarta Timur di Mahkamah Agung untuk putusan inkracht. Lawannya papa saya itu sebelumnya menang melawan Pemprov DKI dalam suatu kasus.

Selama kasus berjalan dari Polda sampai ke Mahkamah Agung, papa sudah habis milyaran rupiah untuk bertarung, yah sudah menjadi rahasia umumlah bagaimana oknum penegak hukum yang korup. Papa selalu mengabaikan peringatan dari saya ketika diberitahukan agar papa tidak mengandalkan manusia dan uang untuk kasusnya, padahal papa setia beribadah kepada Tuhan.

Akhirnya, papa kehabisan uang! Lalu datanglah ancaman dari seorang ketua ormas terkenal di Jakarta binaan sang mafia tanah menelepon papa, ia mengatakan bahwa anggotanya akan menyerbu dan menduduki tanah dan rumah kami yang seluas dua ribu lima ratus meter di daerah elit Jakarta Selatan tiga hari sebelum turun putusan Mahkamah Agung.

Dalam keputusasaannya, saya mengajak papa merendahkan diri dan berdoa sungguh-sungguh kepada Tuhan. Sambil menangis papa mengaku dosa, bahwa ia selama ini telah mengabaikan Tuhan dalam permasalahan yang dihadapinya.

Puji Tuhan, ancaman tersebut tidak terjadi. Putusan inkracht Mahkamah Agung memenangkan papa saya tanpa ia menyuap hakim! Keesokan harinya, sang ketua ormas menelepon papa bahwa ia dipecat karena lupa datang menyerobot dan menduduki tanah kami pada tanggal yang telah ditetapkan sebelumnya! Kemuliaan hanya bagi Tuhan.

Demikianlah pelajaran Alkitab dan kesaksian saya kali ini. Sampai jumpa pada tulisan berikutnya, Tuhan Yesus memberkati. Haleluyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun