Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yang Tertolak, yang Menjadi Pahlawan (Pelajaran dari Yefta, Hakim Israel)

8 Januari 2023   23:21 Diperbarui: 14 Januari 2023   23:45 3890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Nazar Yefta, sang pahlawan Israel. Sumber: SESAWI.NET

Adapun Yefta, orang Gilead itu, adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa, tetapi ia anak seorang perempuan sundal; ayah Yefta ialah Gilead. Juga isteri Gilead melahirkan anak-anak lelaki baginya. Setelah besar anak-anak isterinya ini, maka mereka mengusir Yefta, katanya kepadanya: "Engkau tidak mendapat milik pusaka dalam keluarga kami, sebab engkau anak dari perempuan lain." Maka larilah Yefta dari saudara-saudaranya itu dan diam di tanah Tob; di sana berkumpullah kepadanya petualang-petualang yang pergi merampok bersama-sama dengan dia. Beberapa waktu kemudian bani Amon berperang melawan orang Israel. (Hakim-Hakim 11:1-4)

Kompasianer yang terkasih, dalam catatan Alkitab, salah satu hakim Israel yang terkenal bernama Yefta, anak Gilead, orang Gilead. Nampaknya ayah Yefta seorang yang hidupnya kurang rohani, karena meskipun ia sudah beristeri dan memiliki anak-anak, namun ia masih suka bermain dengan perempuan sundal atau pelacur. Hasilnya? Lahirlah Yefta dari ibu yang merupakan seorang pelacur.

Setelah ayahnya wafat, Yefta tidak diakui sebagai anggota keluarga oleh anak-anak ayahnya dari isteri yang sah. Ia tidak mendapat warisan apa pun, ia diusir dari rumah ayahnya karena faktor ibunya yang nampaknya tidak dinikahi oleh ayahnya, lagi pula ibunya bukan perempuan Israel.

Tentang Yefta dan ibunya, beberapa terjemahan menulis: "for you are the son of a prostitute" (New Living Translation), dan "for thou art the son of a strange woman" (King James Bible). Dengan demikian, ayat 1 menunjukkan bahwa 'pahlawan' adalah pengakuan akan cemerlangnya pencapaian kinerja Yefta, sedangkan 'anak seorang perempuan sundal' adalah pengakuan akan kelamnya asal usul Yefta.

Sangatlah dimaklumi apabila Yefta menjadi anggota, bahkan mungkin kepala geng di daerah perbatasan yaitu tanah Tob. Para petualang yang bergabung dengan Yefta, dari teks Ibrani berarti orang-orang yang tidak berharga secara sosial.

Teks 'pergi merampok' tidaklah tepat, tetapi lebih tepat 'pergi berburu binatang liar' dan mungkin untuk menyerang negeri-negeri yang seharusnya menjadi milik Israel, namun belum diduduki. Jadi, meskipun Yefta dan kawan-kawan adalah orang-orang yang tertolak di bangsanya, tetapi mereka tidak membenci orang-orang yang menolaknya, justru merekalah yang menjadi penjaga Israel.

Ayat 4 merupakan momentum yang akan mengubahkan nasib Yefta dari anak yang tertolak untuk menjadi pahlawan Israel. Peperangan antara orang Israel dengan bani Amon telah menyadarkan para pemimpin Israel, bahwa mereka membutuhkan seorang panglima perang dan pilihan itu jatuh kepada Yefta (ayat 5-10).

Singkat cerita, Yefta menerima tawaran dari tua-tua Israel (mereka ini terlibat dalam pengusiran Yefta; ayat 7), ia tidak dendam melainkan membawa perkaranya kepada Tuhan (ayat 11). Yefta melihat kepentingan Israel lebih penting daripada harga dirinya.

Akhirnya, orang Israel di bawah kepemimpinan Yefta berhasil mengalahkan bani Amon dan ia pun menjadi hakim atas Israel enam tahun lamanya (Hakim-Hakim 11:12-12:7). Yefta bukan hanya menjadi pahlawan perang Israel, tetapi ia juga menjadi salah satu pahlawan iman Perjanjian Lama (Ibrani 11:32).

Pelajaran dari kisah Yefta bagi kita hari ini ialah imannya kepada Tuhan tetap teguh meskipun ia ditolak dan dibenci oleh keluarganya sendiri dan para pemimpin Israel. Yefta dan kawan-kawan yang senasib dengannya di daerah pinggiran tidak menyimpan dendam kepada orang-orang yang menolak dan membenci mereka, justru Yefta dengan kebesaran hati bersedia membantu dengan mengabaikan kepentingannya sendiri demi bangsanya. Itulah pahlawan yang sesungguhnya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun