Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Diampuni Tuhan, Mengampuni Sesama (Matius 6:14-15)

6 Januari 2023   14:40 Diperbarui: 6 Januari 2023   15:04 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu. (Matius 6:14-15)

Kompasianer yang terkasih, penutup dari doa Bapa kami tersebut merupakan perluasan dari ayat 12: "dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami." Untuk memahami topik ini, kita harus melihat dengan lebih jelas dalam Matius 18:21-35, dengan perikop: "Perumpamaan tentang pengampunan."

Dalam perumpamaan tersebut, Petrus bertanya kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." (ayat 21-22)

Ajaran para rabi Yahudi mewajibkan pengampunan diberikan sebanyak tiga kali, tetapi Yesus mengangkat masalah ini melampaui perhitungan praktis semacam itu dengan menyebutkan bahwa pengampunan harus diberikan sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali. Namun harus diperhatikan, bahwa angka tujuh puluh kali tujuh kali melambangkan jumlah yang tidak terbatas di dalam memberikan pengampunan kepada orang lain.

Kemudian di ayat 23-34, Yesus menjelaskan maksud-Nya melalui perumpamaan tentang seorang raja dengan dua orang hambanya:

1. Hamba yang pertama berutang sepuluh ribu talenta kepada sang raja.

Karena tidak mampu membayar utang, maka si hamba dan keluarganya akan dijual sebagai pelunas utangnya (sesuai dengan hukum kuno yang berlaku pada masa itu). Namun karena si hamba memohon, maka oleh belas kasihan dari hati sang raja, si hamba dibebaskan dan semua utangnya dihapuskan (ayat 23-27).

2. Hamba yang kedua berutang serratus dinar kepada hamba yang pertama.

Segera hamba yang pertama menagih dengan sangat kasar kepada hamba yang kedua. Ketika hamba yang kedua belum bisa melunasi utangnya, maka hamba yang pertama dengan teganya memasukkannya ke dalam penjara sampai ia bisa melunasi utangnya (ayat 28-30).

Ketika sang raja mengetahui hal tersebut, murkalah ia kepada hambanya yang pertama. Perbuatan hamba yang pertama disebut jahat karena tidak mau mengasihani hamba yang kedua, padahal utangnya kepada raja yang jauh lebih banyak telah dibebaskan dan dihapuskan. Akhirnya, hamba yang pertama dijebloskan ke penjara sampai ia melunasi utangnya kepada raja (ayat 31-34).

Perumpamaan ini ditutup dengan penegasan dari Yesus: "Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." (ayat 35) Ada beberapa hal yang harus kita ketahui dan lakukan tentang perumpamaan ini:

1. Kitalah hamba yang pertama, dan orang yang bersalah kepada kita itulah hamba yang kedua, dan raja itu ialah Allah, Sang Bapa di sorga.

2. Kita adalah orang-orang berdosa kepada Tuhan Allah, dosa yang tidak mungkin dapat kita bayar.

3. Hanya dengan kasih karunia Allah di dalam Kristus kita telah diampuni dari segala dosa kita.

4. Kesalahan orang lain kepada kita tidak sebanding dengan dosa kita kepada Allah. Jadi, jika Allah mau mengampuni kita, maka kita pun harus mengampuni orang lain.

Kuncinya di sini ialah: yang pertama, belas kasihan Allah bukan hanya membebaskan, tapi sekaligus melunaskan utang dosa kita (ayat 27). Kedua, kita harus mengasihani orang yang bersalah kepada kita, sama seperti Allah mengasihani kita (ayat 33).

Dengan demikian, mengenai pengampunan, sebagaimana Bapa di sorga berbuat, demikian pula kita yang disebut anak-anak-Nya. Berapa kali kita harus mengampuni orang lain? Tanpa batas! Mengapa? Karena kita telah diampuni Tuhan, maka kita pun harus mengampuni sesama. Amin.

Demikian pelajaran Alkitab dan renungan pada hari ini. Sampai jumpa pada tulisan berikutnya, Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekalian. Haleluyah.

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun