Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kelahiran Yesus Kristus (Pelajaran Tentang Pengorbanan)

24 Desember 2022   13:20 Diperbarui: 24 Desember 2022   13:19 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri." (Matius 1:18)

Kompasianer yang terkasih, Hari Natal tiba. Umat Kristen dalam kerinduannya telah dapat merayakan Natal tahun ini dengan bebas setelah pemerintah mengizinkan gereja untuk menyelenggarakan ibadah tatap muka 100%. Banyak juga umat Kristen yang merayakan Natal di kampung halaman, tapi saya dan keluarga cukup merayakannya bersama dengan keluarga besar yang tinggal di Jakarta.

Pada renungan kali ini, kita akan mempelajari tentang pengorbanan di waktu Tuhan Yesus lahir sebagai manusia. Kita akan belajar, bahwa hari Natal bukan sekedar pesta pora dengan pohon terang dan segala aksesorisnya. Natal bukan sekedar menyiapkan kue-kue dan baju baru. Tetapi, Natal kiranya dapat menjadi sebuah perenungan spiritual akan arti pengorbanan.

Maria bertunangan dengan Yusuf. Dalam tradisi Yahudi, pertunangan terbagi dua bagian:

1. Pertunangan pertama (engagement). Yaitu dua orang yang dipertunangkan oleh orang tua pada waktu mereka masih kecil dan belum saling mengenal. Pertunangan pertama bisa dibatalkan.

2. Pertunangan kedua (bethrotal). Yaitu dua orang yang telah dipertunangkan sudah cukup umur, mereka sudah disebut 'suami isteri', tetapi mereka belum tinggal bersama dan mereka belum boleh melakukan hubungan seks. Dalam tradisi Yahudi, pemutusan hubungan pertunangan kedua dianggap sebagai perceraian dan dianggap sebagai dosa. Pertunangan kedua hanya berlangsung satu tahun.

Masalahnya ialah Maria mengandung sebelum ia dan Yusuf hidup sebagai suami isteri (ayat 18). Matius mencatat, bahwa Maria mengandung dari Roh Kudus, tetapi pada waktu itu Yusuf belum tahu sampai malaikat Tuhan memberitahukan, bahwa anak yang dikandung Maria adalah dari Roh Kudus (ayat 20).

Dari proses kelahiran Yesus Kristus, kita mendapatkan pelajaran tentang pengorbanan:

1. Pengorbanan Maria

Maria bisa dituduh berzinah dan dihukum mati apabila Yusuf tidak mau mengakui kehamilan Maria (Ulangan 22:23-24). Maria mau berkorban karena ia telah ditemui oleh malaikat Gabriel yang memberitahukan, bahwa ia akan mengandung Anak Allah Yang Mahatinggi yang bernama Yesus, Mesias yang kekal, yang proses kelahiran-Nya akan dikerjakan oleh Roh Kudus (Lukas 1:26-35). Ini adalah kasih karunia Allah, dan respon Maria sungguh luar biasa: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah menurut perkataanmu itu." (Lukas 1:38)

2. Pengorbanan Yusuf

Yusuf yang mengetahui bahwa Maria hamil sebelum ia bersetubuh dengannya, memilih untuk menceraikannya diam-diam supaya Maria tidak dipermalukan nama baiknya setelah ia mempertimbangkannya (Matius 1:19-20a). Yusuf rela kehilangan martabatnya sebagai seorang suami demi melindungi isterinya karena ia seorang yang tulus hati. 'Tulus hati', terjemahan lebih tepatnya yaitu 'seorang yang benar.' Benar dalam Perjanjian Lama adalah 'sesuai hati Allah dan hukum-Nya.' Jadi, Yusuf sedang menyatakan belas kasihan dan kemurahan hati kepada Maria.

Yusuf mengurungkan maksudnya ketika ia ditemui oleh malaikat Tuhan yang menjelaskan, bahwa anak yang dikandung Maria berasal dari Roh Kudus yang harus ia namai Yesus, sesuai dengan maksud Allah kepada umat manusia yaitu menyelamatkan mereka dari dosa seperti yang telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya tentang nama-Nya: Imanuel (Matius 1:20-23). Respon Yusuf luar biasa, ia berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi ia tidak bersetubuh dengan Maria sampai Yesus lahir (Matius 1:24-25).

Maria dan Yusuf rela berkorban karena mereka percaya kepada Allah. Mereka taat dan mengabaikan kepentingan diri sendiri karena melihat rencana Allah yang besar, yang agung dan mulia, melalui kelahiran Yesus Kristus.

3. Pengorbanan Yesus Kristus

Matius menulis, bahwa anak itu adalah Allah menyertai kita (Matius 1:23); Lukas menulis, anak yang akan dilahirkan Maria adalah Anak Allah Yang Mahatinggi (Lukas 1:32, 35). Anak itu harus dinamai Yesus (Matius 1:21; Lukas 1:31). Matius menegaskan, bahwa Yesus itu bergelar Kristus (teks Ibrani: Mesias; Matius 1:1, 18); Lukas menjelaskan, sang Mesias itu adalah Raja yang kerajaan-Nya kekal, dari garis keturunan Daud sebagaimana yang dinubuatkan oleh para nabi (Lukas 1:32-33). Dengan demikian, Yesus Kristus adalah Allah yang berinkarnasi menjadi manusia.

Meskipun Yesus adalah Allah Yang Mahakuasa, tetapi Ia rela dilahirkan sebagai manusia yang hina, bukan lahir di dalam istana raja, Ia bersedia dilahirkan di dalam palungan: tempat makanan hewan! (Lukas 2:7) Klimaksnya, Yesus merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan  sampai mati di kayu salib (Filipi 2:8), supaya misi-Nya datang ke dalam dunia tergenapi, yaitu untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (Matius 1:21).

Dengan melihat pengorbanan Maria, Yusuf, dan Yesus Kristus, maka marilah kita umat Kristen meneladani apa yang telah mereka lakukan demi orang lain. Sekali lagi, Natal bukan tentang kesenangan pribadi kita, tetapi tentang kasih Allah yang telah kita terima dan membagikannnya kepada sesama manusia meskipun itu menuntut pengorbanan diri kita. Maria mengakui, bahwa ia hanyalah hamba Tuhan; Yusuf melakukan perintah Tuhan; dan Yesus Kristus taat pada kehendak Bapa-Nya di sorga. Bagaimana dengan kita?

Selamat Hari Natal Kompasianer sekalian, sampai jumpa pada tulisan berikutnya. Tuhan Yesus memberkati. Haleluyah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun