Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Benarkah Yesus Lahir Tanggal 25 Desember?

21 Desember 2022   13:48 Diperbarui: 24 Desember 2022   00:33 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasianer yang terkasih, hari ini tanggal 21 Desember 2022 ketika saya menulis, empat hari lagi saya dan seluruh umat Kristen di dunia akan merayakan Natal, hari kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Namun demikian, ada beberapa gereja yang tidak merayakan hari Natal pada tanggal 25 Desember dengan alasannya masing-masing. Dan lebih banyak lagi yang menentang dan menolak dari kalangan non Kristen bahwa Yesus lahir pada 25 Desember dengan berbagai teorinya.

Menjadi pertanyaan: Benarkah Yesus lahir tanggal 25 Desember? Bukankah kata orang, Natal adalah hari raya dewa matahari yang kemudian diadopsi umat Kristen menjadi perayaan kelahiran Yesus Kristus? Saya pribadi meyakini 25 Desember adalah hari kelahiran Yesus, untuk itu izinkan saya menyampaikan beberapa pandangan untuk membuktikannya.

Dasar pandangan yang menolak 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus Kristus:

Dalam bukunya "The Two Babylons", Alexander Hislod menuliskan bahwa penduduk Roma pra Kristen telah mengadopsi perayaan-perayaan paganisme Babylon menjadi hari-hari raya utama mereka. Menurut penanggalan mereka, titik balik matahari di musim dingin selalu jatuh pada tanggal 25 Desember.

Itulah yang dirayakan sebagai hari raya "Natalis Invicti Solis" atau "Hari Kelahiran Dewa Matahari Yang Tak Terkalahkan." Inilah yang menjadi dasar Hislod ketika menyimpulkan, bahwa Hari Natal Kristen diadaptasi dari "Natalis Invicti Solis" atau yang biasa juga disebut sebagai "Perayaan Saturnalia."

Dasar pandangan Gereja atau tanggapan Gereja:

1. Teori Hari Natal 25 Desember merupakan adaptasi dari "Natalis Invicti Solis" baru dipersoalkan pada abad ke-18 oleh teolog Jerman yang bernama Paul Ernst Jablonsky. Tetapi, teorinya sangat spekulatif tanpa merujuk pada dokumen-dokumen kuno gereja.

2. Sejumlah dokumen kuno mencatat berdasarkan penafsiran Hagai 2:19-20, yaitu tanggal 24 bulan ke-9 (Kislew) dalam kalender Yahudi sama dengan tanggal 25 Desember dalam kalender Gregorian.

3. Teori bahwa tidak mungkin Yesus lahir di bulan Desember karena tepat dengan musim dingin dan tidak mungkin para gembala menggembalakan domba-dombanya di luar. Namun Lukas 2:8 mencatat, bahwa ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak pada waktu malam di kala malaikat Tuhan memproklamirkan kelahiran Yesus kepada mereka (Lukas 2:9-14). Suhu rata-rata di Betlehem pada musim dingin antara 13,5-5,5 derajat Celsius, jadi masih cukup hangat bagi domba-domba untuk digembalakan. Sedangkan salju biasanya di bawah 0 derajat Celsius.

Sebagai catatan: domba-domba yang dimaksud Lukas 2:8 bukanlah domba-domba biasa, tetapi domba-domba yang dikhususkan untuk korban di Bait Suci yang dijaga oleh gembala-gembala khusus di tempat tertutup yang dikelilingi benteng. Ini bukan tafsiran subjektif Kristen, tetapi didukung oleh Misnah, Talmud, dan Targum orang Yahudi.

4. Hari raya Saturnalia diperkenalkan pada tahun 274 M oleh Kaisar Aurelianus. Sedangkan Hari raya Natalis Invicti Solis baru diperkenalkan sebelum tahun 354 M oleh Kaisar Julius si murtad. Mari kita bandingkan dengan dokumen kuno milik gereja yang mengklaim tanggal 25 Desember sebagai Hari Kelahiran Yesus Kristus:

  • Catatan Paus Telephorus (tahun 126-137 M) yang menentukan Misa Tengah Malam pada malam Natal.
  • Perkataan Teofilus, Uskup di Kaisarea Palestina (tahun 115-181 M): "Kita harus merayakan kelahiran Tuhan kita pada hari di mana tanggal 25 Desember harus terjadi."
  • Tulisan St. Hippolytus (tahun 170-240 M): "Kedatangan pertama Tuhan kita di dalam daging terjadi ketika Ia dilahirkan di Betlehem, di tanggal 25 Desember, pada hari Rabu, ketika Kaisar Agustinus memimpin di tahun ke-42..." Untuk diketahui, bahwa St. Hippolytus adalah muridnya Ireneus; Ireneus adalah muridnya Polycarpus; Polycarpus adalah muridnya Rasul Yohanes; Rasul Yohanes adalah murid kesayangan Tuhan Yesus. Jadi, keterangan St. Hippolytus sangatlah valid.

Dengan demikian, Hari Natal yang diakui oleh gereja yaitu pada tanggal 25 Desember sudah terbukti dirayakan jauh sebelum Kristen dijadikan agama negara oleh Kaisar Konstantinus kira-kira pada tahun 313 M. Dan tentu saja, perayaan Hari Natal pada tanggal 25 Desember sebagai Hari Kelahiran Yesus Kristus tidak ada sangkut pautnya dengan teorinya Jablonsky dan Hislod yang muncul jauh berabad-abad setelahnya mengenai Hari Saturnalia dan Hari Natalis Invicti Solis yang jelas-jelas muncul setelah Hari Natal Yesus Kristus.

Meski begitu, bagi saudara-saudara Kristen yang tidak merayakan Natal pada 25 Desember tidak berarti kita tidak seiman ya! Pengakuan iman Kristen kita jelas: Yesus Kristus adalah Allah yang berinkarnasi menjadi manusia, lahir dari perawan Maria yang mengandung dari Roh Kudus, dan seterusnya. Tidak perlu dipersoalkan soal tanggalnya karena pada pokoknya ialah Yesus yang lahir atau berinkarnasi menjadi manusia untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa (Matius 1:18, 21).

Demikian tulisan saya kali ini, sampai jumpa pada tulisan berikutnya. Selamat menyambut Hari Natal, Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekalian. Haleluyah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun