Paulus yang waktu itu bernama Saulus terkejut saat ia dijumpai oleh Tuhan Yesus di jalan menuju ke Damsyik, di mana ia akan menangkap orang-orang Kristen di sana. Di situ dan sejak itulah ia mengenal Allah yang benar setelah ia mengenal Yesus yang kemudian mengubahnya menjadi seorang pemberita Injil yang sangat radikal, namun bukan menjadi seorang radikalis agama yang tujuannya untuk membinasakan orang yang tidak seideologi seperti yang dulu ia lakukan.
Tetapi Paulus menjadi sangat radikal dalam kasih Kristus. Perbuatan baktinya kepada Allah tidak lagi dengan menganiaya dan membunuh, tetapi dengan menolong dan menyelamatkan orang berdosa dengan Injil Kristus. Radikal dalam Tuhan adalah kebalikan dari radikalisme yang dulu ia yakini, kebalikan dari kebencian kepada orang Kristen yang dulu ia lakukan, dan akhirnya ia sangat mengasihi orang Yahudi yang berbalik membenci dan ingin membunuhnya setelah ia mengenal Kristus (Filipi 3:1-16).
Bagaimana dengan kita? Yuk, kita radikal di dalam kasih dan perbuatan baik kepada sesama, apa pun agamanya. Ingat, kita orang Indonesia yang cinta akan keberagaman; Bhineka Tunggal Ika itulah semboyan kita sebagai bangsa yang kokoh dan berjaya. Tuhan Yesus memberkati Indonesia, amin.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H