Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring, apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatnya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu (Ulangan 6:4-9).
Kompasianer yang terkasih, shema Israel adalah pengakuan iman orang Israel. Ini adalah doa pertama yang diajarkan kepada seorang anak Israel. Mereka memahami bagian firman ini secara harfiah dan mempraktikkannya dengan mengikatkan firman Tuhan pada lengan dan dahi mereka. Inilah dasar spiritual bangsa Israel.
Singkatnya, apa yang dipahami oleh orang tua tentang bagaimana mengasihi TUHAN, Allah yang esa, kemudian pengetahuan dan pengalaman mereka itu diajarkan kepada anak-anak sehingga anak-anak tersebut dapat mengenal Allah dalam hidupnya dan menerima berkat-berkat yang dijanjikan-Nya. Demikianlah, orang tua menjadi teladan bagi anak dalam iman dan perbuatan.
Pada blog kali ini, kita akan belajar dari tiga orang tokoh pemimpin Israel yang berbeda generasi yaitu Eli (imam besar), Samuel (nabi dan hakim), serta Daud (raja). Mengapa mereka bertiga yang menjadi contohnya? Karena orang tua, khususnya bapa di dalam Alkitab dikenali dari tiga jabatan fungsi yaitu raja, imam, dan nabi.
Bapa sebagai raja, berarti ia yang memegang mandat Allah untuk memerintah dan membuat peraturan di dalam rumah tangganya. Bapa sebagai imam, berarti ia yang menjalankan mandat Allah untuk memimpin keluarganya dalam beribadah kepada Tuhan. Dan bapa sebagai nabi, berarti ia yang menyampaikan firman Allah kepada keluarganya, termasuk menegur dan memberi nasihat.
Imam Eli, nabi Samuel, dan raja Daud adalah para bapa yang sukses di dalam karier sesuai dengan panggilan pelayanan mereka. Namun demikian, Alkitab mencatat, bahwa ketiganya gagal sebagai orang tua yang mengkader anak-anaknya untuk menyatakan iman mereka sesuai dengan shema Israel itu. Mari kita pelajari ketiga hamba Tuhan yang hebat ini:
I. Raja Daud
Daud adalah raja tersukses dalam sejarah Israel, tetapi ia gagal menjalankan fungsinya sebagai orang tua ketika anak-anaknya melakukan kesalahan dan dosa. Contohnya pada kasus Amnon, putera mahkota Daud, yang memperkosa Tamar, adik tirinya. Daud memang sangat marah, tetapi perbuatan amoral tersebut tidak berlanjut dengan penghukuman atas Amnon. Absalom, kakak kandung Tamar, yang dipenuhi dendam kesumat kemudian membunuh Amnon.
Daud sangat terguncang, namun ia tidak berbuat apa-apa atas kasus pembunuhan tersebut (2 Samuel 13). Dan ketika Absalom mengkudeta Daud, Daud tidak bertindak selayaknya seorang raja yang berkuasa dan membiarkan Absalom menghasut rakyat dan berhasil menduduki istana raja (2 Samuel 15). Akibat pembiaran tersebut, Daud menghasilkan konflik dan pemberontakan keluarga. Memang pemberontakan dapat diredam, tetapi Daud sekali lagi harus kehilangan anak tercintanya ketika Absalom dibunuh oleh Yoab, panglima tentaranya Daud (2 Samuel 18).
2. Imam Eli
Eli adalah imam besar yang sukses mengawasi Samuel menjadi pelayan Tuhan sejak mudanya (1 Sam. 2:11). Sebetulnya, imam besar yang disandang Eli adalah jabatan seumur hidup dan berlaku secara turun temurun untuk selamanya, namun akhirnya dibatalkan oleh Tuhan karena Eli gagal mendidik kedua puteranya yakni Hofni dan Pinehas, yang seharusnya menjadi penerus Eli.
Hofni dan Pinehas hanya ditegur tanpa diberi sanksi oleh bapanya ketika mereka berbuat dosa yaitu mereka mencuri persembahan umat untuk Tuhan dan berbuat cabul dengan perempuan-perempuan pelayan di depan Kemah Pertemuan atau tempat ibadah (1 Sam. 2:12-17, 22-25).
Akibatnya, Eli yang harus menanggung dosa anak-anaknya, ia kehilangan jabatan imam besar dan kedua puteranya itu mati terbunuh (1 Sam. 2: 27-36). Akibat yang terburuk gara-gara perbuatan jahat mereka ialah tabut Tuhan yang sakral dirampas oleh orang Filistin sehingga lenyaplah kemuliaan dari Israel (1 Samuel 4).
3. Nabi Samuel
Samuel adalah nabi sekaligus hakim Israel. Ia sangat disukai sejak mudanya (1 Sam. 2:26) dan sangat dihormati pada hari tuanya. Samuel sukses sebagai nabi yang melakukan perintah Tuhan, ia juga yang melantik Daud, raja terbesar Israel. Tetapi, Samuel gagal melatih anak-anaknya untuk melayani dengan integritas seperti dirinya (1 Sam. 8:1-3).
Akibat perbuatan Yoel dan Abia, kedua putera Samuel, yang korup sebagai hakim, maka orang Israel segera meminta Samuel untuk mengangkat seorang raja bagi mereka (1 Sam. 8:4-5). Samuel kesal dengan permintaan rakyat, tetapi kelalaiannya dalam mendidik anak-anaknya itulah yang menyebabkan dipercepatnya pengangkatan seorang raja yang seharusnya belum waktunya.
Pelajarannya dari pembahasan ini adalah Kompasianer sebagai orang tua pasti menginginkan anak-anaknya mendapatkan yang terbaik dalam hidup. Untuk itulah orang tua bekerja keras demi memenuhi impian tersebut. Adalah baik mendapatkan kesuksesan dalam karier dan bisnis, tetapi kesuksesan orang tua bukan hanya memenuhi kebutuhan materi bagi anak-anaknya. Menjadi orangtua yang menunjukkan keteladanan dalam iman dan perbuatan, mencontohkan kasih dan integritas dalam keseharian kepada anak-anak, itulah yang dimaksud shema Israel yang diajarkan Tuhan.
Pemenuhan kebutuhan spiritual dan moral sangatlah penting selain kasih sayang dan perhatian akan kebutuhan jasmani anak-anak. Anak-anak harus dididik takut akan Tuhan dan menghormati orang tua sejak dini. Orang tua harus menjadi raja, imam, dan nabi bagi anak-anaknya agar mereka taat pada aturan, hidup kudus serta mengerti yang baik dan yang jahat. Anak-anak harus ditegur dan didisiplinkan saat mereka melakukan kesalahan, namun berilah penghargaan ketika mereka melakukan kebenaran.
Demikianlah pelajaran Alkitab pada hari ini, kiranya menjadi perenungan bagi kita bersama. Sampai jumpa lagi pada tulisan berikutnya, Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekalian. Haleluya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI