"Dari Daud. Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau" (Mazmur 37:1-2).
Kompasianer, mari kita pelajari mazmur yang dibaca tadi. Daud seperti sedang berkata kepada kita semua, "Halo bro n sis, kalo mo baper, gue orang yang sangat pantas kek gitu karena gue sering banget dijahatin dan dicurangin sama orang lain yang kebanyakan orang-orang terdekat gue!" Kompasianer, Daud adalah orang yang sangat sering disakiti hatinya oleh perbuatan jahat dan curang, dan itu sangat menyakitkan. Tetapi, semua itu tidak sampai membuat Daud baper dan bertindak ofensif untuk menghancurkan, sebaliknya, ia memilih defensif dalam menghadapi pergumulannya.
Daud menggunakan dua frasa berbentuk negatif untuk menolong kita menyikapi orang-orang yang berbuat jahat dan curang di ayat 1 dan 7b yaitu "jangan marah" dan "jangan iri hati". Mengapa semudah itu? Karena Daud menunjukkan hasil akhir dari orang yang jahat dan curang itu di ayat 2, 9a dan 10. Namun, apabila kita terlanjur marah, maka Daud menyuruh untuk berhenti marah dan meninggalkan panas hati karena berakibat tidak baik yaitu membawa kita kepada kejahatan yang bernilai sama dengan orang yang kita baperin itu (ay. 8).
Mari perhatikan apa yang Daud sarankan untuk diikuti agar kita bisa enjoy atau menikmati hidup. Ada tiga bagian yang dapat dipelajari: pertama, ayat 3-4; kedua, ayat 5-6; ketiga, ayat 7a, 9b, 11a. Yuk, kita bedah!
Bagian kesatu (ay. 3-4). Pertama, percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik. Ini berarti kita harus mempercayakan masalah kita kepada Tuhan, jadi orang tersebut menjadi urusannya Tuhan. Melakukan hal yang baik dari bahasa Ibraninya berarti baik secara moral, jadi kalau ada yang bertingkah laku tidak bermoral, maka kita sebagai orang beriman harus melakukan yang baik dan bermoral sebagai pembedanya.
Kedua, diamlah di negeri dan berlakulah setia. Diam yang dimaksud tinggal atau menetap bukan tidak berbicara. Berlaku setia yang dimaksud dari bahasa Ibrani ialah memberi makan dengan setia. Memberi makan dalam bahasa Ibrani menunjuk pada pekerjaan seorang gembala. Daud menggunakan kata kerja ini karena ia berlatar belakang seorang gembala. Dalam konteks kita, ketika kita berada di manapun saat ini, kerjakanlah apa yang dapat kita lakukan dan setialah pada pekerjaan itu meskipun saat ini belum terlihat hasilnya seperti yang diharapkan. Jadi, fokuslah pada pekerjaan kita pada hari ini, bukan sibuk melihat kesalahan orang lain.
Ketiga, dan bergembiralah karena TUHAN. Bergembira itu bukan karena kita pada dasarnya mau, tetapi alasannya itu yang membuat kita harus mau: karena Tuhan! Jadi, kalau kita percaya kepada Tuhan sebagai sumber sukacita hidup, maka tidak ada alasan untuk tidak bergembira. Kita bergembira berarti kita beralih fokus kepada Tuhan, bukan kepada masalah yang telah membuat kita kehilangan sukacita.
Akibat dari ayat 3-4 ini adalah Tuhan akan memberikan apa yang diinginkan hati kita (ay. 4b). Tapi, jangan salah tafsir! Tuhan tidak memberikan apa yang diinginkan hati kita sebelumnya yaitu marah dan iri, tetapi Dia memberikan kepada kita hati yang berkelimpahan dengan damai sejahtera (ay. 11b).
Bagian kedua (ay. 5-6). Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya. Terjemahan Ibrani untuk serahkanlah hidupmu ialah serahkanlah jalan hidupmu kepada TUHAN. Ini menunjukkan kepasrahan akan hidup kita ke dalam kehendak Tuhan. Kita harus mempercayai bahwa Tuhan punya rencana yang sempurna bagi hidup kita, lebih daripada yang dapat kita bayangkan. Meskipun jalannya tidak mudah, tetapi kalau kita percaya pada Tuhan, maka kita akan berserah penuh walaupun saat ini tidak dapat dimengerti.
Akibatnya ialah Tuhan akan bertindak sesuai dengan waktu dan kehendak-Nya yang mana kita telah menyerahkan beban ketika mempercayai-Nya (ay. 5). Apa yang selama ini kita gumuli dan rasanya tidak ada titik terangnya, pada waktunya Tuhan, maka kebenaran dan apa yang menjadi hak kita akan diberikan oleh Tuhan dengan sangat nyata terlihat di hadapan semua orang (ay. 6). Tuhan tidak akan pernah mempermalukan umat-Nya.