Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Allah yang Menjaga Jarak dengan Umat-Nya (Keluaran 2:23-25)

7 September 2022   19:00 Diperbarui: 7 September 2022   19:05 1381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Saudara yang terkasih, sekarang ini kita sangat familiar dengan istilah social distancing atau physical distancing yang intinya sih menjaga jarak satu sama lain ketika berada di ruang publik selama masa pandemi Covid-19 dua tahunan ini. Tetapi yang menjadi pemberitaan ketika itu ialah para kritikus menganggap bahwa pemerintah enak-enakan dari jauh, tidak peduli dan tidak berbuat apa-apa, membiarkan rakyat menderita dan lain sebagainya. Kritik seperti ini sah-sah saja di negara demokrasi.

            Tetapi, apakah benar pemerintah jauh dari rakyatnya di masa-masa krisis seperti sekarang ini? Dari sudut pandang oposisi wajar saja berpendapat demikian, namun menurut saya pemerintah dari pusat sampai daerah pasti telah berupaya maksimal, saya percaya tidak satu pun dari mereka yang berniat jahat ingin menjerumuskan rakyatnya ke dalam kesengsaraan. Proses penanggulangan masalah ini terus berjalan terlepas dari pro dan kontra, rasa puas dan tidak puas. Ini pun wajar saja.

            Sekarang kita kembali ke ayat pokok. Saudara, di masa seperti sekarang ini merupakan hal yang sangat manusiawi ketika orang Kristen -- mungkin juga saudara di antaranya -- yang merasa Tuhan kok sepertinya jauh ya dari apa yang sedang dialami, apa yang sedang diderita oleh jemaat. Doa-doa yang dipanjatkan rasanya tidak didengar Tuhan dan akhirnya merasa diri sendiri tertuduh, mungkin karena dosa Dia tidak menolong atau bisa balik menuduh Allah yang seolah-olah tidak peduli dan tidak berkenan untuk menolong umat-Nya. Benarkah demikian? Mari perhatikan lagi.

            Saudaraku, antara Kejadian pasal 50:26 sampai Keluaran 1:1-7 menurut ahli terdapat sela waktu 220 tahun sampai munculnya raja baru yang tidak mengenal Yusuf (Kel. 1:8). Raja Mesir atau Firaun yang dimaksud mungkin adalah Thutmose I dan Firaun pada waktu keluaran adalah Amenhotep II. Firaun Thutmose I merasa bangsa Israel merupakan ancaman nasional Mesir sehingga sebelum menjadi kenyataan ia memerintahkan agar mereka di perbudak dengan berat (Kel. 1:9-14). Dan untuk mencegah pertambahan anak laki-laki, maka Firaun selanjutnya, kemungkinan Rameses I, memerintahkan pembunuhan melalui para bidan Mesir (Kel. 1:15-16).

            Di pasal 2:1-22 diceritakan tentang sejarahnya Musa sebelum ia bertemu Tuhan untuk diutus. Lihat kembali ayat pokok kita. Di ayat 23 dikatakan "Lama sesudah itu matilah raja Mesir." Lamanya Firaun Rameses I berkuasa sampai matinya kemungkinan 40 tahun jika mengacu pada keterangan Stefanus (Kis. 7:30). Firaun penggantinya adalah Rameses II yang nantinya akan berhadapan dengan Musa. Di fase perbudakan inilah yang menunjukkan betapa berat dan pahitnya keadaan bangsa Israel ketika Allah tidak menyatakan diri kepada mereka sehingga seolah-olah Allah menjaga jarak dengan Israel.

            Tetapi, sesungguhnya Allah tidak pernah menjauh dari umat perjanjian-Nya. Sekalipun Israel menderita tanpa mereka melihat Allah, namun sesungguhnya Dia ada di sana. Saudara perlu ketahui bahwa Israel diperbudak di Mesir bukan karena mereka berdosa, melainkan untuk menggenapi nubuatan dalam perjanjian Allah dengan Abraham 400 tahun sebelumnya (Kej. 15:13-14).

            Bukti Allah hadir meskipun terkesan Dia menjaga jarak dengan Israel adalah: pertama, beranak cucunya orang Israel dengan dahsyat berlipat ganda sehingga negeri itu dipenuhi mereka (Kel. 1:7,12) tentulah atas berkat Allah demi tergenapinya rencana-Nya. Kedua, Sifra dan Pua yang merupakan bidan yang ditugaskan untuk membunuh anak laki-laki dari perempuan Ibrani, tetapi justru berbuat sebaliknya, mereka menyelamatkan anak-anak tersebut dengan alasan yang luar biasa yaitu takut akan Allah. Kemudian pastilah Allah yang memberi mereka keberanian dan hikmat untuk menjawab Firaun (Kel. 1:16-19). Allah memberkati mereka dengan berumah tangga (Kel. 1:20-21).

            Ketiga, ketika Israel mengeluh dan berseru-seru sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah (Kel. 2:23). Keempat, ketika Israel mengerang Allah mendengar dan Ia mengingat perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub (Kel. 2:24). Ini menunjukkan bahwa penggenapan janji Allah kepada nenek moyang Israel segera terjadi. Kelima, Allah melihat dan memperhatikan Israel (Kel. 2:25). Di sinilah Allah menunjukkan bahwa meskipun Dia tidak tampak oleh mata, tetapi Dia tidak pernah berpaling dari kehidupan Israel. Allah segera akan menampakkan diri-Nya kepada Musa yang akan dipakai-Nya untuk pembebasan Israel dari Mesir, tapi nanti akan saya bahas di tulisan berikutnya.

            Dengan demikian, saudara dapat melihat dari penjabaran tadi bahwa sekalipun Allah tidak terlihat oleh mata saudara, Dia sepertinya menjaga jarak dari saudara, bukan berarti Dia tidak peduli dan membiarkan saudara sendirian dalam penderitaan yang saudara alami saat ini. Ingatlah, Allah itu Mahahadir, tidak mungkin Dia berniat menjerumuskan saudara dalam situasi sulit pasca pandemi Covid-19 yang Dia izinkan ini. Dia pasti punya cara yang sempurna demi menggenapi rencana-Nya bagi saudara.

Tanamkan baik di hati dan pikiran saudara bahwa Allah itu mendengar teriak minta tolong dan keluh kesahmu, Dia mengingat jaminan hidup saudara di dalam Kristus, Dia melihat dan memperhatikan detail pergumulanmu saat ini. Tuhan sedang melatih saudara untuk percaya sekalipun tidak melihat kehadiran-Nya, tetapi Dia menjamin Roh Kudus-Nya tinggal di dalam dirimu. Allah yang menjaga jarak hanyalah persepsi manusiawi yang wajar, tetapi sesungguhnya Dia tidak pernah sekali-kali meninggalkan saudara (Ibr. 13:5b). Tuhan Yesus menyertai saudara sampai kesudahan zaman (Mat. 28:20), Dialah Imanuel: "Allah menyertai kita" (Mat. 1:23).

Demikian pelajaran yang menjadi renungan kita hari ini. Maju terus dalam iman, tetap berdoa dan tetap semangat ya! Sampai jumpa di tulisan berikutnya, Tuhan Yesus memberkati saudara dan keluarga saudara sekalian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun