Kasus plagiarisme yang melibatkan seorang profesor menyoroti masalah serius dalam dunia akademis, di mana integritas dan keaslian karya sangat dihargai. Ketika seorang profesor, yang seharusnya menjadi teladan bagi para mahasiswa, terlibat dalam plagiarisme, hal ini tidak hanya merusak reputasi pribadinya tetapi juga merusak citra institusi perguruan tinggi tempat ia bekerja. Plagiarisme merupakan pelanggaran etika yang serius, terutama untuk seorang professor, serta dapat merugikan perkembangan intelektual, karena menghalangi terciptanya pengetahuan yang original dan kreatif.
Di Indonesia, salah satu kasus plagiarisme yang terkenal melibatkan Rektor Universitas Negeri Jakarta, Djaali, pada tahun 2017. Kasus ini mencuat ketika ditemukan adanya plagiarisme dalam disertasi yang dia bimbing. Penyelidikan lebih lanjut oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menemukan bahwa beberapa disertasi yang dibimbing oleh Djaali mengandung konten yang disalin tanpa pengutipan yang tepat. Akibat dari skandal ini, Djaali diminta mengundurkan diri dari jabatannya sebagai rektor. Kasus ini tidak hanya merusak reputasi pribadi Djaali, tetapi juga mencoreng citra UNJ sebagai lembaga pendidikan tinggi. Kejadian ini menegaskan betapa pentingnya integritas akademis di lingkungan universitas dan menunjukkan dampak negatif yang dapat timbul dari praktik plagiarisme oleh figur-figur akademis senior.
Plagiarisme dalam dunia akademis bisa diibaratkan seperti membangun sebuah rumah di atas fondasi yang rapuh. Ketika seorang profesor, yang seharusnya menjadi pilar pengetahuan dan kejujuran, memutuskan untuk menyalin karya orang lain tanpa pengutipan yang tepat, bagaikan menggunakan bahan bangunan berkualitas rendah dalam konstruksi. Rumah tersebut tertampak kokoh pada dari luar, tetapi pada akhirnya akan runtuh ketika menghadapi tekanan. Sama halnya dengan plagiarisme, tindakan ini mungkin tampak kecil atau tidak penting pada awalnya, tetapi seiring waktu, kebohongan ini akan terungkap dan meruntuhkan reputasi serta kredibilitas individu dan institusi terkait. Integritas akademis adalah fondasi yang kuat dan penting untuk pembangunan pengetahuan yang asli dan berkelanjutan, dan tanpa itu, seluruh struktur dunia akademis bisa goyah dan hancur.
Kasus plagiarisme oleh profesor bisa diibaratkan seperti seekor singa yang menyatakan dirinya sebagai raja hutan sambil mencuri makanan dari hewan lain. Singa, yang seharusnya menjadi pemimpin dan pelindung, malah merusak keharmonisan ekosistem dengan tindakan curangnya. Begitu pula, seorang profesor yang terlibat plagiarisme merusak kepercayaan dan integritas sistem pendidikan, mengancam kestabilan intelektual dan moral yang seharusnya dijaga.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H