Mohon tunggu...
Theo Manthovani
Theo Manthovani Mohon Tunggu... -

Penulis amatir yang mencoba kiprahnya dalam dunia penulisan artikel yang penuh intrik dengan sesirih kapurnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Elusan Kenikmatan

24 Juli 2013   18:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:06 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_256496" align="alignnone" width="280" caption="anjing senang dielus tuannya"][/caption] [caption id="attachment_256501" align="alignnone" width="346" caption="kucing mendengkur saat dielus tanda nyaman"][/caption] Judul dengan bahasa yang tampaknya vulgar ya, tenang saja, karena itu tidak menggambarkan isinya sama sekali.  Pembahasan yang dimaksud adalah artinya secara literal dan istilahnya memang sering disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dalam novel ala 17+ sejak jaman bapak ibu saya. [caption id="attachment_256498" align="alignnone" width="348" caption="aksi elus antar hewan"][/caption] [caption id="attachment_256499" align="alignnone" width="372" caption="hewan sekecil tikuspun terdiam saat dielus"][/caption] Kita tentu sering merasakan nikmatnya mengelus kepala sendiri, bahkan mungkin memang ada yang sejak kecil selalu dielus rambutnya oleh bapak/ibunya ketika ditemani tidur.  Hal lumrah ini ternyata juga merupakan hal umum yang ada pada hewan lain, dan secara alam bawah sadar kita pun mengetahuinya.  Hal ini terlihat dari bagaimana cara kita memperlakukan hewan peliharaan, berlaku khususnya untuk para pencinta hewan.  Kucing dan anjing sering digambarkan sebagai anggota keluarga yang diperhatikan dengan ungkapan elusan pada kepala dan daerah lainnya.  Hal ini ada dasarnya menurut sains, biang keroknya adalah neuron MRGPRB4+ yang teraktivasi saat melakukan hal ini.  Perasaan nikmat yang kita kenali dan akhirnya kita sukai dan biasakan terus ini menjadi adiksi kita dalam mencari afeksi. Bukan hanya manusia, seperti yang telah saya sebutkan di atas, neuron ini juga terdapat pada hewan lain, terlihat jelas terutama pada jenis mamalia, dan tersebar di seluruh permukaan tubuh.  Karena itulah hanya akan teraktivasi oleh interaksi kulit dan tentunya terasa oleh perlakuan lembut.  Tampaknya hasil evolusi ini terkait dengan kehidupan sosial entitas dengan sesamanya, dan juga terhubung oleh kondisi yang merendahkan tingkat stres, yang pada akhirnya bisa terasa walaupun aktivitas yang terjadi sampai lintas spesies. [caption id="attachment_256493" align="alignnone" width="360" caption="aktivitas favorit pencinta kucing"]

13746680941789691430
13746680941789691430
[/caption] [caption id="attachment_256494" align="alignnone" width="461" caption="mengelus hewan peliharaan tanda sayang"]
1374668155741541499
1374668155741541499
[/caption] Keberadaan neuron MRGPRB4+ ini tampaknya berumur jauh lebih tua dari mamalia, secara tampak juga ada pada makhluk jenis lain seperti burung yang masih merupakan keturunan langsung dinosaurus.  Leluhur manusia tampaknya menyadari efek ini pada hewan dan menggunakan trik ini untuk menjinakkan berbagai hewan menjadi peliharaan, sehingga mampu mendomestikasi serigala buas dan mandiri menjadi anjing yang jinak dan setia. [caption id="attachment_256495" align="alignnone" width="300" caption="burung pun tampaknya merespon elusan"]
1374668214315821353
1374668214315821353
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun