14 Januari 1976 Jopie Item mempersunting Evie Aquanthie Aziz di kantor catatan sipil Bandung, pada mulanya Evie adalah penggemar dan rajin menonton Jopie manggung. Mereka menjadi lebih akrab setelah beberapa kali Evie menyaksikan Jopie beraksi di Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Tapi setelah itu tahun 1976 menjadi tahun “neraka” bagi Jopie. Keberaniannya memasukkan unsur rock dalam musik jazz, menuai kritikan terutama dari musisi jazz asal Bandung.
Perkembangan jazz pada dekade 1970-an bisa dikatakan merata di Surabaya, Jakarta, dan kota besar lainnya di Indonesia. Hanya saja, kegiatan di Bandung bisa dikatakan luar biasa. Bandung memang merupakan tempat lahirnya sejumlah pemusik jazz terkemuka, seperti Sadikin Zuchra, Eddy Karamoy, Benny Corda, hingga Elva Secoria. ITB mementaskan Pro Jazz 75 serta sejumlah pergelaran lainnya yang memang menampilkan jazz yang menghindar dari intervensi hentakkan musik rock.
Jazz di Bandung waktu itu dianggap lebih murni dibanding Jakarta yang sedang ramai dengan masalah musik rock yang dibawakan dengan cara jazz, atau jazz dimainkan sekeras rock. Pelakunya adalah Jopie Item dan Rully Djohan yang mengrock ‘n rollkan “Bengawan Solo”. Pemetik gitar bas elektrik grup jazz dari Bandung, Sonata 47, Hasbullah menyarankan Jopie Item lebih baik main musik rock daripada jazz. Karena, apa yang diperlihatkan Jopie Item Dkk (Jopie, Wempy, Karim Suweileh, dan Alex Faraqimela) di TVRI menunjukkan Jopie beraksi dengan gaya gitaris rock. .
Pada tahun 1975 – 1976 Jopie Item Dkk memang dimanjakan TVRI, dalam seminggu mereka bisa tampil dua hingga tiga kali pada jam-jam prime-time, pukul 18.00-21.00. Dari penampilannya ini muncul komentar dan pendapat tentang jazz-rock yang mereka mainkan. Jopie dikatakan mau menjadi bintang tapi kesiangan dengan sebutan gitaris yang sedang galak-berlagak.
Akibatnya antara lain Jopie tidak diikutsertakan dalam pergelaran Pro Jazz 76 di aula Lyceum, Dago, Bandung 29 Maret 1976 sebagaimana tahun sebelumnya. Tapi Jack Lesmana yang sering diplesetkan Jazz Lesmana membela Jopie sambil mengatakan bahwa jazz murni itu adalah periode, seperti dixieland, swing, bebop, cool jazz, latin jazz, jazz rock, dan fusion. Fusion yang merupakan campuran antara energi dan rhytm dari musik rock sering dianggap bagian dari musik rock dan bukan jazz. Fusion bias dikatakan adalah merupakan pemberontakan musisi jazz dari penganut hardbop terhadap puritan jazz, yang menganggap jazz haruslah seperti yang sudah ada seperti pandangan Sonata 47.
Komentar juga bermunculan dari Benny Mustafa, Papo Parera, Kibout Maulana dan koreografer dan pelukis Bagong Kussudiharjo. Menurut Bagong, persekutuan jazz dan rock itu sebenarnya wajar-wajar saja. Sama halnya dengan musik pop dan dangdut, apa yang dialami jazz ketika itu adalah masalah mode. Sementara mantan anggota grup Eka Sapta Papo Parera mengingatkan lihat saja bagaimana Chick Corea memainkan musik jazznya dengan keras sebagaimana musik rock! Bahkan Benny Mustafa mencurigai Sonata 47 tidak mampu mengikuti perkembangan jazz yang sedang terjadi. Bagi penabuh drum kondang ini, jazz adalah musik yang terbuka untuk berbaur dengan musik apa saja atau dari mana pun. Kritikus musik Remy Sylado bahkan memuji Jopie setinggi langit dengan mengatakan bahwa Jopie adalah gitaris muda yang paling dahsyat!
Musik jazz dan rock sudah berpadu dan berkembang sejak pertengahan tahun 1950-an di Amerika yang bisa dikatakan adalah salah satu inovasi terpenting dalam musik jazz selama beberapa dekade terakhir. Jopie lahir pada sama itu di Manado, 20 Juni 1950, dibesarkan di Surabaya, tapi Jakarta-lah yang kemudian membesarkannya. Ayahnya Lodewijk Item adalah salah satu gitaris terbaik jazz yang populer dengan nama Lody Item tahun 1960-an.
Kontroversi tentang Jopie terus berlangsung hingga tahun 1995 ketika terbit buku “Jazz Indonesia” yang membahas perjalanan Karim Suweleh sebagai penabuh drum dengan sejumlah grup, kecuali bersama Jopie Item Dkk. Demikian juga dalam riwayat Abadi Soesman tidak tercantum aksinya memainkan lagu Es Lilin bersama Idris Sardi Jopie di TIM tahun 1976, Jopie Item hanya disebut sebagai keterangan bahwa Lody Item adalah ayahnya.
Meskipun pernah “dibully” karena jazz rocknya, di Bandung pula Jopie kembali merasa bahagia sebagaimana pernikahannya 39 lalu. Sekarang dia dinobatkan sebagai “Legenda Super Guitaris Indonesia 2015” dalam acara “Super Guitaris Indonesia 2015” yang diselenggarakan Super Musik ID di Hotel Harris Bandung, 12 Desember 2015. Sebuah penghargaan yang pas dalam usianya ke ke 65.
Jopie yang di dalam acara “Super Guitaris Indonesia 2015” itu ”dikeroyok” gitaris-gitaris muda dari genre musik balada (Endah N Resha), jazz (Budjana, Balawan), blues (Bowie, Gugun, Baim), rock (Iman J-Rock, Ridho Slank, Ian Antono) hingga metal (Eet Sjahranie, Agung Burgerkill, Andre Siksakubur), tapi Jopie tidak garang-berlagak atau berjazz-rock, dia memedleykan “Kupu Kupu Malam” karya Titiek Puspa tahun 1977, “Kisah Cintaku” karya Tito Sumarsono tahun 1991 dan “Masih Ada” ciptaan 2D tahun 1989 dengan sentuhan lembut pada dawai gitarnya yang ternyata memesona penontonnya yang masih belia.
Pesannya sederhana. bergitarlah dengan hati, maka semuanya akan indah dan lestari. ***