Mohon tunggu...
Inovasi Pilihan

Banjir Informasi yang Berujung Gelisah

6 Desember 2016   19:25 Diperbarui: 6 Desember 2016   19:50 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Di era yang banjir informasi ini sikap kritis menjadi modal penting untuk kenyamanan hidup. Namun fenomena yang terjadi berlawanan, kecepatan jari dan ketakutan dianggap ‘kudet’ membuat masyarakat berlomba lomba menjadi reporter dadakan tanpa melakukan validasi atas informasi yang mereka teruskan. Semua yang masuk sama dengan semua yang keluar, mungkin itu prinsip yang terjadi saat ini. Satu kata untuk menggambarkan LATAH. “

Internet menjadi suatu gebrakan yang signifikan dalam kehidupan keseharian saat ini. Apalagi dengan adanya ponsel pintar maka pengunaan internet semakin menjadi. Manusia dan internet (ponsel pintar) seolah olah menjadi sebuah simbiosis yang mutualisme. Bahkan ada kebiasaan baru yang merebak, begitu terbangun dari tidur secara refleks tangan mencari ponsel pintar.

Kemajuan di bidang teknologi ini berjalan beriringan dengan kecepatan penyebaran arus informasi. Salah satu tempat penyebaran informasi tercepat adalah media sosial. Mulai dari tempat makan, tujuan perjalanan, kata kata hampir semua hal yang sedang booming menghiasi laman pada sosial media.

Namun sangat disayangkan kecepatan penyebaran informasi ini tidak dibarengi dengan pertumbuhan sikap kritis pada masyarakat. Alih alih menjadi yang paling up to date masyarakat menjadi bagian dari penyebaran berita hoax. Sebagai contoh, dalam grup sosial pada aplikasi whatsapp dalam sehari 1 berita yang tidak valid tersebar. Berita tersebut mulai dari lowongan pekerjaan yang setelah ditelusuri adalah hoax, kebutuhan pendonor darah yang setelah ditelusuri ternyata berita sejak tahun lalu atau yang lebih marak saat ini berita hoax yang menyangkut SARA.

Berita yang tidak jelas kebenarannya umumnya berisi hal yang menyebabkan kekhawatiran pada masyarakat. Tanpa mengkritisi isi berita yang kita sebar secara tidak langsung kita termasuk ke dalam penyebar kekhawatiran. Agar terhindar dari cap penyebar kekhawatiran kita wajib memvalidasi berita yang kita terima sebelum meneruskannya. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk memvalidasi berita :

  1. Jika terdapat nomor telepon, pastikan kebenaran berita melalui nomor telepon tersebut
  2. Bandingkan berita dari sumber media lainnya
  3. Baca keseluruhan berita

Sikap kritis dalam diri masyarakat harus kembali dibangun agar penyebaran berita hoax dapat dihentikan dan internet dapat digunakan dalam jalur yang membangun. Ketika aliran informasi terlalu deras maka kita wajib menjadi semakin cerdas. Saringan informasi yang digunakan juga harus semakin kuat agar konten negatif tidak mudah mencuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun