Mohon tunggu...
Devina Susanto
Devina Susanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah Jaringan Hewan Lebih Adaptif?

21 September 2017   23:23 Diperbarui: 21 September 2017   23:48 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang sudah disebut di atas, adaptasi Fisiologi merupakan kebalikan dari adaptasi Morfologi karena perubahan yang terjadi bukan pada bentuk tubuh, melainkan pada fungsi alat-alat tubuh.

Adaptasi ini ada yang bersifat reversible atau dapat kembali ke kondisi awal.

Contoh: berdasarkan jenis makanannya, hewan dibedakan menjadi karnivora, herbivora, dan omnivora. Selain itu, ikan yang hidup di laut mengeluarkan urin yang lebih sedikit dibandingkan ikan yang hidup di air tawar karena air laut mengandung banyak garam. Karena garam menyebabkan cairan tubuh keluar terus menerus, maka ikan menyesuaikan diri dengan cara mengeluarkan sedikit urin. Sementara pada tumbuhan, bunga Rafflesia arnoldimengeluarkan bau busuk yang berfungsi untuk menarik serangga.

3. Adaptasi Tingkah Laku

Sesuai namanya, adaptasi tingkah laku adalah adaptasi yang berupa perubahan tingkah laku. Contohnya adalah mimikri (perubahan warna kulit) pada bunglon dan pohon jati yang meranggas pada musim kemarau untuk mengurangi penguapan.

Setelah sedikit pemaparan di atas, maka kita kembali ke pertanyaan awal: apakah benar bahwa jaringan hewan memang lebih mudah beradaptasi dibandingkan dengan jaringan tumbuhan? Menurut saya, ya -- saya setuju bahwa jaringan hewan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan daripada jaringan tumbuhan.

Bukan tanpa alasan saya mendukung pernyataan tersebut. Sebelumnya perlu diingat bahwa adaptasi adalah hal penting dalam berlangsungnya hidup makhluk hidup. Jika ada makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi, maka spesiesnya akan terancam punah.

Meskipun tumbuhan juga melakukan adaptasi, namun mereka tidak memiliki sistem syaraf sebanyak yang dimiliki hewan sehingga mereka (tumbuhan) kurang 'peka' terhadap lingkungan di sekitarnya -- karena itulah pantas saja jika dibilang bahwa adaptasi yang dilakukan oleh tumbuhan tidak lebih sempurna dibandingkan adaptasi oleh hewan. Adaptasi oleh tumbuhan bisa dibilang pasif, karena adaptasinya lebih bergantung atau bersesuaian dengan lingkungan tempat tinggal atau habitat tumbuhan tersebut. Dengan kata lain, adaptasi oleh tumbuhan disebut pasif karena mereka tidak mampu berpindah tempat dengan sendirinya. Tumbuhan seperti hanya memiliki dua pilihan: mampu beradaptasi dan terus hidup di lingkungan atau habitat itu, atau tidak.

Jika adaptasi oleh tumbuhan dianggap pasif, maka adaptasi hewan bisa dibilang aktif. Aktif, karena -- tidak seperti tumbuhan -- hewan mampu bergerak, sehingga mereka bisa berpindah tempat kemanapun mereka mau.

Misalnya saja kita memindahkan jenis hewan dan tumbuhan yang habitat aslinya adalah di daerah beriklim tropis ke daerah kutub. Tentu saja kita langsung berpikir bahwa tidak ada dari keduanya yang akan mampu terus hidup di daerah kutub bukan? Namun, berbekal fakta bahwa hewan mampu bergerak aktif sedangkan tumbuhan tidak, kita akan tahu bahwa setidaknya hewan tersebut bisa bertahan hidup lebih lama dibandingkan tumbuhan tadi, meskipun jika mereka secara bersamaan dipindahkan ke daerah kutub, dan di tempat yang sama pula. Jadi, mengapa hal itu bisa terjadi? Tentu saja karena hewan mampu bergerak aktif. Mereka akan bisa mencari tempat dimana mereka bisa menghangatkan tubuh mereka, atau mendapatkan sesuatu yang bisa mereka konsumsi walaupun jumlahnya sedikit.

Hal yang berbeda terjadi pada tumbuhan. Pernyataan bahwa daerah kutub merupakan salah satu dari beberapa daerah di dunia ini dengan ekspektasi hidup yang rendah bukanlah tanpa alasan. Seperti yang telah kita ketahui sejak SD, daerah kutub merupakan daerah yang memiliki suhu yang sangat rendah -- rata-rata suhu di Kutub Utara adalah -40C pada musim dingin dan 0C di musim panas, sementara suhu rata-rata selama musim dingin di Kutub Selatan adalah -60C dan 28.2C selama musim panas. Rendahnya suhu di daerah kutub mengakibatkan sebagian besar permukaan tertutup oleh es -- dan jika ada tanah di daerah kutub, tanah tersebut pastilah tidak mengandung unsur-unsur penting yang dibutuhkan oleh tanaman untuk bisa hidup di sana, sehingga jarang sekali kita bisa melihat tumbuhan di daerah kutub kecuali jenis-jenis lumut, lichen, dan alga tertentu saja. Karena itu, tumbuhan yang hidup di iklim tropis tidak akan mampu bertahan hidup di daerah kutub.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun