Semua mahluk hidup pasti akan melakukan komunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Komunikasi yang dilakukan pasti memiliki aturan yang mungkin tidak tertulis agar komunikasi yang dilakukan pantas dan sopan saat disampaikan kepada orang lain.
Melalui komunikasi antar budaya, kita dapat mengetahui perbedaan yang dimiliki oleh masing-masing orang yang mungkin akan kita temui pada saat kita melakukan komunikasi dengan orang lain.
Keberagaman pasti dimiliki oleh semua orang, maka sangat memungkinkan kita akan berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki kebudayaan, bahasa, ras, dan juga agama yang berbeda. perbedaan yang dimiliki itu akan berpengaruh pada komunikasi yang akan dilakukan.Â
Baca juga : Komunikasi Saja Tidak Cukup, Yuk Belajar Komunikasi Antar Budaya!
Menurut Samovar dan Porter (1991) hubungan komunikasi budaya bersifat respirokal dimana masing-masing memberikan dampak serta pengaruh yang satu sama lain. hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana kita berkomunikasi dengan orang lain, bagaiamana pola atau cara kita berpikir, bagaimana sudut pandang kita terhadap orang lain dapat berpengaruh dari budaya yang kita miliki.
Melalui komunikasi antar budaya ini, kita dapat mempelajari perbedaan-perbedaan kebudayaan yang akan kita temui dalam proses komunikasi sehingga akan mempermudah dan memperlancar kita dalam melakukan komunikasi dengan orang lain agar megurangi kesalah pahaman.Â
Di Yogyakarta misalnya, orang-orang berkomunikasi dengan memperhatikan unggah-ungguh atau tata krama pada saat berkomunikasi dengan orang lain. Pada penggunaan bahasa Jawa terdapat beberapa strata atau tingkatan pada saat menggunakannya untuk berkomunikasi.
Baca juga : 5 Alasan Kenapa Kamu Harus Belajar Komunikasi Antar Budaya
Tingkatan tersebut dapat dilihat dari dengan siapa kita berbicara. Misalnya, pada saat kita berbicara orang yang lebih tinggi keudukan atau pangkatnya kita menggunakan bahasa Jawa krama inggil. Untuk orang yang lebih tua kita bisa menggunakan bahasa krama alus.
Namun, pada saat kita berbicara dengan orang yang seumuran kita bisa menggunakan bahasa Jawa ngoko. Jika kita berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dengan menggunakan bahasa Jawa ngoko maka kita akan dianggap tidak sopan atau tidak mengerti tata krama.
Misalnya, kita tidak boleh berbicara "aku meh turu" kepada orang tua karena jika kita menggunakan bahasa ngoko maka kita tidak sopan. Seharusnya kita menggunakan bahasa krama alus yaitu "kula badhe siram". Maka sebaiknya kita lebih memperhatikan penggunaan bahasa Jawa yang benar pada saat kita berkomunikasi dengan orang lain.Â
Baca juga : Meminimalisir Kesalahpahaman dalam Komunikasi Antar Budaya
Maka, dengan mempelajari komunikasi antar budaya ini kita bisa megetahui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh masing-masing orang dengan kebudayaan yang berbeda. sehingga kita lebih bisa menghargai kebudayaan yang mereka miliki agar bisa meminimalisir terhadinya kesalahpahaman pada saat kita melakukan komunikasi dengan orang lain atau orang yang baru kita temui. Selain itu, kita juga jadi bisa menghargai perbedaan kebudayaan yang dimiliki oleh orang lain.Â
Sumber :Â
Samovar, L.A., Porter, R.E., McDaniel, E.R., & Roy, C.S. (2017). Communication Between Cultures, Ninth Edition. Boston : Cengage Learning.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H