Memperingati hari ulangtahun Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ke 66, yang jatuh pada tanggal 20 Desember 2024, Pemerintah Provinsi mengadakan Parade Tenunan NTT.Â
Parade yang diberi tajuk "Parade Exotic Tenun NTT, NTT Bertenun" merupakan rangkaian kegiatan peringatan HUT NTT, Hari Ibu, dan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN).
Bukan sekadar perayaan, tetapi parade yang dilakukan sebagai ajang untuk memperkenalkan keindahan tenunan NTT pada dunia luas.Â
Melibatkan dua puluhan ribu peserta yang diikuti oleh organisasi perangkat daerah, instansi vertikal tingkat provinsi dan kabupaten/kota, hingga masyarakat umum, kegiatan ini diharapkan menjadi ajang untuk melestarikan dan bagian dari promosi kain tenun.
737 motif, ragam teknik dan sejuta cerita
Kisah tentang alam NTT yang indah, budayanya yang sarat makna, telah sampai ke benua lain. Seni menenun, sebagai salah satu warisan budaya yang menjadi identitas masyarakat NTT pun, tak luput dari perhatian.Â
Bagi masyarakat NTT, kain tenun lebih dari sekadar produk kerajinan tangan. Di atas selembar tenunan, ada kisah dan filosofi tertentu yang tertuang di sana.Â
Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTT menyebutkan terdapat 737 motif yang khas dan tersebar di seluruh wilayah NTT. Setiap motif memiliki cerita dan filosofi yang unik, dan mencerminkan keragaman adat dan budaya dari tiap suku di NTT serta relasi manusia dengan lingkungannya.Â
Kain-kain ini dibuat dengan berbagai teknik tradisional seperti teknik ikat, di mana benang diwarnai sebelum diikat; Buna, yang menonjolkan teknik bordir unik; dan lotis, sotis atau songket, yaitu perpaduan seni tenun dan rajut.
Kain tenun dan tantangan yang dihadapi
Kain tenun NTT menjadi motor penggerak lokal bagi penenun, khususnya perempuan di desa. Lebih kurang dua pertiga dari jumlah 3353 desa di NTT masih memiliki budaya menenun.Â