Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Melawan Stunting Bersama Poltekkes Kupang

18 Desember 2024   20:12 Diperbarui: 19 Desember 2024   08:19 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Poltekkes bersama Kepala Desa Raknamo (Foto : DOkpri)

Tahukah kamu? 

Stunting adalah salah satu masalah besar yang sedang dihadapi Indonesia. Kondisi ini terjadi ketika anak gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis, dan efeknya tidak main-main! 

Anak-anak yang mengalami stunting bisa jadi sulit berkembang secara kognitif, produktivitasnya menurun, bahkan lebih rentan terkena penyakit.

Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 21,5%. Angka ini memang masih berada jauh di atas angka 14% yang ditetapkan dalam RPJMN 2020-2024.

Tentu saja, untuk mencapainya, butuh kerja keras dan kerja sama dari berbagai pihak.

Pemerintah sudah lakukan apa saja?

Pemerintah tidak tinggal diam, kok. Ada banyak langkah yang sudah diambil. Salah satunya adalah memastikan kelompok rentan seperti ibu hamil dan anak-anak balita mendapatkan gizi yang cukup. 

Lewat Peraturan Menteri Kesehatan No. 23 Tahun 2022, pemerintah mendorong pemberian makanan tambahan (PMT) serta edukasi yang penting buat masyarakat.

Tapi tantangannya masih besar. Dari 38 provinsi di Indonesia, sebanyak 15 provinsi memiliki prevalensi stunting di bawah angka nasional. Provinsi Nusa Tenggara Timur (37,9%) masih masuk dalam kategori tiga provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi selain Papua Tengah (39,4%), dan Papua Pegunungan (37,3%). 

Sementara prevalensi stunting untuk Kabupaten Kupang sendiri menurut data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, juga mencatat angka yang cukup tinggi, yaitu 24,1%. 

Salah satu lokasi yang berkontribusi dalam prevalensi ini adalah Desa Raknamo Kabupaten Kupang yang menyumbang angka 19,9%.

Tim Poltekkes bersama Kepala Desa Raknamo (Foto : DOkpri)
Tim Poltekkes bersama Kepala Desa Raknamo (Foto : DOkpri)

Stunting tidak semata disebabkan oleh asupan gizi saja, tapi juga karena faktor lainnya, seperti kondisi sejak sebelum kelahiran, periode kelahiran, setelah kelahiran dan faktor rumah tangga seperti akses air minum dan kondisi higiene dan sanitasi dasar.

Penyakit TB sendiri dan penyakit berbasis lingkungan seperti malaria, ISPA dan diare juga turut andil dalam masalah stunting pada suatu wilayah. 

Poltekkes Kupang berperan serta

Berita baiknya, ada pendekatan seru yang diterapkan di Kabupaten Kupang. Namanya pendekatan konvergensi pentahelix. Artinya, pemerintah menggandeng banyak pihak seperti perguruan tinggi, sektor swasta, masyarakat, dan media untuk ikut serta menyelesaikan masalah ini.

Salah satu contohnya adalah program yang dilakukan Poltekkes Kemenkes Kupang melalui Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM). 

Keterlibatan Poltekkes Kupang dalam urusan stunting bukan cuma kali ini. Sebelumnya, Poltekkes telah melaksanakan program orangtua asuh bagi anak-anak stunting (OTAS). 

Dosen sebagai orangtua asuh masing-masing bertanggung jawab terhadap anak-anak yang mengalami stunting. Bekerjasama dengan kader, program ini dijalankan selama tiga bulan penuh. 

Sedangkan untuk kegiatan kali ini, tim dosen dan mahasiswa dari Poltekkes Kemenkes Kupang memberikan edukasi tentang pentingnya gizi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yang disampaikan oleh Ibu Mariana Ngundju Awang, dosen Prodi Kebidanan. 

Edukasi tentang TB dan pentingnya sanitasi rumah disampaikan oleh Dr. R.H. Kristina dari Prodi Sanitasi; sementara Pak Samuel David Makoil dari Prodi Farmasi memberikan edukasi tentang Pengobatan TB dan Anemia.

Sementara untuk anak-anak balita yang hadir saat itu diberikan edukasi tentang kesehatan gigi bersama tim Prodi Kesehatan Gigi, dibawah komando drg. Emma Krisyudanti. Untuk anak-anak usia remaja dan juga balita, mendapatkan edukasi tentang CTPS. 

Selain edukasi, tim juga menyediakan makanan tambahan untuk ibu hamil dan anak-anak. Ini langkah kecil yang punya dampak besar, lho!

Pemerintah desa Raknamo yang diwakili oleh Kepala Desa Raknamo, Augusto Fernandez, STP menyampaikan terimakasih atas kepedulian Poltekkes Kupang terhadap kasus stunting yang ada di desanya. 

Kedepannya berharap ada kelanjutan dari kegiatan ini dan melibatkan jumlah masyarakat yang lebih luas lagi. 

Masyarakat Jemaat Talitakumi, Desa Raknamo (Foto : Dokpri)
Masyarakat Jemaat Talitakumi, Desa Raknamo (Foto : Dokpri)

Yuk, Ikut Ambil Bagian!

Masalah stunting ini tak bisa selesai kalau cuma mengandalkan pemerintah. Kita semua bisa ambil bagian, mulai dari hal kecil seperti menyebarkan informasi, mendukung program pemberian gizi, atau bahkan sekadar mengingatkan orang di sekitar kita untuk peduli.

Dengan kerja sama yang baik, mari wujudkan masa depan Indonesia yang lebih sehat, cerdas, dan bahagia. 

Karena anak-anak yang sehat hari ini adalah mereka yang akan membawa bangsa ini terbang lebih tinggi di masa depan. 

Setuju??

Referensi : Survei Kesehatan Indonesia

Kupang, 18 Desember, 2024

Ragu Theodolfi, untuk Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun