Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dari Ada Menjadi Tiada, Refleksi di Balik Proses Ngaben

29 September 2024   21:47 Diperbarui: 30 September 2024   07:13 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Proses ngaben hari ini lebih dari sekedar ritual keagamaan.  Ada hal yang lebih dalam dari itu, tentang rapuhnya hidup ini. Ketika api suci mulai dinyalakan, ada perasaan sedih di dalam hati, seperti sesuatu yang hilang... dari ada, menjadi tiada.

Ada pelajaran yang Saya dapatkan dari peristiwa ini. 

Setiap peristiwa kematian selalu mengingatkan kita bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Kematian sahabat kami , dan proses ngaben yang dilalui, menjadi pengingat betapa singkatnya hidup ini. Pada akhirnya, semua akan memudar.

Apakah yang sesungguhnya kita kejar dalam hidup? Harta, jabatan, atau kebahagiaan sesaat? Kita hidup seolah tak ada lagi hari esok, mengejar mimpi dan ambisi yang tiada pernah habis. 

Pada saatnya, kita akan sampai pada titik ini. Tubuh fisik yang dibanggakan tak lagi bersisa. Karena yang tersisa kemudian hanyalah kenangan, cinta, dan apa yang ditinggalkan di hati orang lain. Bila meninggalkan kebaikan, bersyukurlah. 

Ilustrasi melarung abu di laut (Foto : Adobe stock)
Ilustrasi melarung abu di laut (Foto : Adobe stock)

Lalu, ketika abu sahabat kami dilarung ke laut Namosain, Saya pun belajar dari gelombang lautan yang sebentar datang, kemudian pergi menghilang. 

Hidup tak ubahnya seperti gelombang lautan, kadang besar, kadang kecil, hanya butuh kesabaran dan ketekunan menghadapinya. Setiap gelombang pasti akan membawa perubahan, karenanya harus lebih fleksibel dan adaptif menyikapi perubahan. 

Dan, karena setiap perubahan tidak selalu indah, belajarlah untuk selalu bersyukur untuk dapat menikmati setiap perubahan tersebut tanpa mengeluh atau bersungut-sungut.

Dari ada menjadi tiada... begitulah siklus ini berjalan. Ciptakan makna, sebelum waktunya tiba.

Kupang, 29 September 2024

Ragu Theodolfi, untuk Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun