Hanya saja, kerasnya kehidupan sering membuat ibu sulit beradaptasi. Seringkali hal tersebut membuat ibumu sedih dan menangis di belakangmu tanpa kamu ketahui.
Bila kamu marah pada ibu, ingatlah hal ini
Ibu selalu belajar bersamamu. Tidak ada yang mengajarkan ibu, bagaimana caranya menjadi seorang ibu. Tidak ada panduannya.
Tidak ada pula yang memberitahu betapa sulitnya menjadi ibu. Harus bisa multitasking tanpa mengeluh. Mengurus anak, juga mengurus rumah dan hal lainnya.
Ibu belajar bersama pertumbuhanmu. Saat kamu masih bayi, ibu belajar bagaimana merespon semua kebutuhan dasarmu. Memelukmu dengan hangat, menggendongmu, menemani malam-malammu, hingga kamu terlelap dalam buaian ibu.Â
Melihatmu tertawa dengan mata polosmu, membuat ibu melupakan kelelahan ibu sepanjang hari.Â
Ketika kamu masuk sekolah, kamu sudah sibuk dengan teman-temanmu. Namun, ibu masih bisa memelukmu, ketika kamu dengan penuh semangat bercerita tentang temanmu yang usil hari itu, atau tentang gurumu yang memberimu hukuman karena kamu tidak membuat PR matematika.
Kamu semakin menjauh dari ibu, saat usiamu beranjak remaja. Duniamu seakan menjadi misteri buat ibu. Kamu lebih memilih berdiam di kamar, ketika ibu ingin kamu datang dan menangis di pangkuan ibu. Kamu lebih memprioritaskan teman-temanmu ketimbang menemani ibumu di rumah.
Tidak sedikit konflik yang terjadi di antara kita. Ketika kamu marah, tak urung kata-kata kasar yang tidak ingin ibu dengar, terlontar dari lisanmu. Pun demikian sebaliknya. Persoalan komunikasi benar-benar menjadi kendala.Â
Pikir ibu, diamnya ibu karena marah akan menyadarkanmu. Ternyata tidak semudah itu. Ego yang besar, menghambat jalinan komunikasi kita.Â
Darisana ibu belajar banyak hal, bagaimana mengelola emosi dan membangun bonding dengan dirimu yang sedang mencari jati diri.Â