Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yopi Ludji, Menyuarakan Seni dalam Keterbatasan

14 Juli 2024   15:15 Diperbarui: 14 Juli 2024   17:56 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yopi Ludji, anak muda yang kreatif (Foto:dokpri)

Dalam perjalanannya, Kaka Yopi juga menghadapi banyak tantangan. Keterbatasan akses ke teknologi dan kurangnya dukungan finansial sering kali menjadi hambatan. Namun, semangatnya yang tak pernah padam membuatnya terus maju. Dia percaya bahwa musik adalah bahasa universal yang dapat menyatukan hati manusia.

Studio mini di rumahnya yang diberi nama Studio Yopi Ludji ini, sangat sederhana, menjadi bukti perjuangannya. Sedikit demi sedikit uang hasil kerja disisihkan untuk membeli peralatan rekaman. Termasuk membangun studio mini. 

Studio Yopi Ludji (Foto : dokpri)
Studio Yopi Ludji (Foto : dokpri)

Studio mini berukuran sekitar enam meter persegi itu sangat sederhana, belum memakai peredam suara yang standar. Tapi kualitas suara yang dihasilkan, tidak perlu diragukan. Sangat luar biasa. Saya sendiri telah membuktikannya untuk kepentingan lomba. Yayyyy....

Mungkin Kaka Yopi, belum banyak dikenal orang, tapi sentuhan tangannya tidak bisa dianggap sebelah mata oleh para pencinta seni.
Yopi Ludji adalah bukti nyata bahwa di balik kesederhanaan, terdapat kekuatan yang luar biasa. 

Dirinya telah membuktikan bahwa dengan tekad dan cinta yang mendalam terhadap seni, seseorang dapat menciptakan karya yang menginspirasi banyak orang. 

Melalui musiknya, Yopi Ludji menyuarakan kehidupan, menghadirkan keindahan dalam setiap nada yang dimainkan, dan menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah akhir dari segalanya.

Semoga!

Kupang, 14 Juli 2024

Ragu Theodolfi, untuk Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun