Saya pun tergoda, dan bukan emak-emak namanya kalau tidak sukses mengantongi beberapa batik cantik  dengan harga miring, setelah mengeluarkan jurus ampuh tawar-menawar.Â
Setelah puas berkeliling, kami berhenti di pintu keluar pasar. Aroma sate menyeruak seketika. Benar-benar membuat lapar.Â
Seorang perempuan yang sudah lanjut usia, duduk sambil membolak-balikkan sate di atas panggangan sederhana di depannya. Terpampang sebuah  bingkai foto pada tiang di belakangnya, foto seorang perempuan bersama Pak Erik  Tohir di sampingnya.Â
Ya, dialah Bu Suwarni, penjual sate kere. Sate kere Bu Suwarni terbuat dari gajih atau lemak sapi dan daging sapi sandung lamur, terasa gurih di lidah namun ada manisnya.Â
Kami memesan porsi campur, ada gajihnya ada juga daging sandung lamurnya. Wiiiih, rasanya maknyussss. Sudah murah, enak pula.
Bakmie yang bikin nagih
Bagi pencinta aneka mie,  Bakmie Djowo Pendopo, layak  dicoba. Terletak di Jalan Panembahan, lokasi ini menampilkan konsep nature yang kental dengan memanfaatkan benda-benda yang didaur ulang.
Bila ingin mencicipi menu lain selain bakmie, jangan khawatir. Di sini juga tersedia sop ayam, cap cay dan aneka jenis makanan lainnya yang dapat dibeli dengan harga yang murah.Â
Menemani dinginnya malam, tersedia aneka minuman hangat seperti wedang uwuh, teh teko, sekoteng, minuman jahe sereh dan lainnya.Â
Gudeg Yu Djum untuk oleh-oleh