Pada pintu masuk tempat parkir pun sudah ada papan penunjuk bertuliskan Arboretum. Arboretum menurut KBBI adalah tempat berbagai pohon ditanam dan dikembangbiakkan untuk tujuan penelitian atau pendidikan.
 Artinya, di kawasan ini menyediakan perpustakaan alam yang terbuka bagi siapapun yang ingin mengetahui lebih banyak tentang flora yang ada.
Tidaklah mengherankan. Kawasan ini memiliki 100 jenis pohon di dalamnya yang tergabung dalam 41 suku dan didominasi oleh Euphorbiaceae (pohon jarak, pohon karet dan kastuba), Moraceae (pohon ara, sukun) dan Lauraceae (kayu manis, daun salam, alpukat) dan lainnya.
Tumbuhan yang hidup dalam kawasan ini menjadi sumber belajar terbaik, tidak saja berbentuk pepohonan, namun juga tanaman perdu maupun semak. Bunga edelweis maupun cemara gunung juga bisa dilihat di kawasan ini.Â
Uta onga (Begonia kelimutuensis), salah satu jenis flora endemik Kelimutu serta satu ekosistem spesifik Kelimutu, Ekosistem Vaccinium dan Rhododendron (EkosVR) ada di tempat ini.Â
Namun, kita juga perlu ekstra hati-hati dan menjaga ekosistem yang ada, mengingat kawasan ini menjadi habitat bagi dua jenis flora yang diwaspadai status kelangkaannya yaitu Jita/Pulai (Alstonia scholaris ) dan Upe/Ketimun (Timonius timon).Â
Sayangnya, Saya tidak punya cukup waktu untuk berlama-lama di sana. Perut sudah mulai sulit diajak kompromi. Kami segera menuju tempat parkir. Aroma mie dari warung lokal menambah penderitaan perut ini.
Kami harus menahan kuat-kuat rasa lapar ini. Om Berto berkeras menawarkan untuk singgah sebentar ke rumah tantanya di Moni. Sekaligus mengantarkan beras pada keluarganya yang mengalami kedukaan.