Tempat adorasi ini sangat hening. Bahkan, hembusan nafas saja bisa terdengar. Beberapa orang biarawati berpakaian merah muda, khusyuk dalam doa penyembahan kepada Tuhan.
Saya pun turut hening dalam doa. Cukup lama di sana, menaikkan permohonan pribadi.
Biara Maria Bunda Karmel Wae Lengkas
Siapa sangka, di ujung perjalanan melewati hutan dan kabut tipis, tersembunyi sebuah lokasi biara lainnya. Biara Karmel yang sering juga dijadikan rumah retret bagi biarawan atau umat yang ingin mencari pencerahan diri.
Jalanan beraspal yang dikelilingi rumput hijau, pepohonan dan aneka bunga, memenuhi lahan yang sangat luas. Papan penunjuk arah juga tersedia untuk memudahkan pengunjung atau tamu.
Lokasi ini sangat sepi, memang sangatlah tepat untuk dijadikan tempat retret atau untuk melakukan meditasi. Beberapa bunga liar berwarna kuning memenuhi halaman yang ditumbuhi rerumputan yang tertata rapi.
Setelah meminta izin pada staf di sana, kami diperbolehkan untuk melihat-lihat lebih jauh, namun ada area terbatas yang tidak boleh dilewati.
Di ujung jalanan beraspal, telah menanti sebuah patung Maria Bunda Penolong dengan tinggi sekitar dua meter. Warnanya yang coklat sangat cantik di bawah atap bata coklat muda.
Pemandangan Kota Ruteng di belakangnya terlihat sangat jelas dari sini. Dari kejauhan, suara dentang lonceng gereja terdengar jelas, mengantarkan doa Angelus di siang hari. Setelah mengambil beberapa foto di sana, perjalanan pun dilanjutkan ke destinasi berikutnya.Â