Selain dekorasi interior yang bernuansa tradisoanal, peralatan makan yang digunakan di tempat ini pun menggunakan bahan dari alam. Piring saji yang digunakan, berasal dari kayu khusus yang berwarna hitam.Â
Mangkuk dan sendok penyajian pun menggunakan wadah tanah liat atau terbuat dari tempurung kelapa. Memberikan sensasi tersendiri saat mencicipi makanan.Â
Proses pengeringan piring dari kayu ini pun tidak biasa. Piring kayu ini akan diletakkan pada leki, semacam para-para yang diletakkan di atas tulura.Â
Luwa paokul, daun ubi tumbuk dan kuah ayam kampung
Menawarkan konsep yang berbeda, Marapu Umma, berani menyajikan sajian khas tradisional dalam menu yang dibuat. Bila tidak ingin dengan hidangan berat, luwa paokul, bisa menjadi pilihan. Sekilas mirip tiwul dan diberi parutan kelapa muda. Rasanya gurih di lidah.Â
Gado-gado Sumba juga ditawarkan di sini. Gado-gado yang mirip seperti gado-gado pada umumnya, namun disajikan dengan sambal terong yang segar dan bumbu kacang yang gurih.Â
Daun ubi tumbuk diolah dengan cara kampung, benar-benar terasa nikmat di lidah. Disajikan dalam belanga tanah liat, aromanya yang segar sungguh mengundang selera. Daun ubi tumbuk biasanya disajikan dengan sambal mentah yang diberi perasan jeruk nipis. Sajian ini dimakan tanpa nasi pun sudah terasa sangat enak.Â
Nah, menu yang satu  ini adalah menu yang sangat istimewa. Kuah ayam kampung.  Mirip sop berisi potongan ayam kampung dengan aroma bakar yang menyelip diantaranya.Â
Kuah ayam kampung ini terasa sangat segar dan menghangatkan. Â Kuah yang kaya akan bumbu segar dan rempah ini, sangat cocok untuk mengusir dinginnya udara di Sumba Barat. Kalau menyantap kuah ini, seporsi rasanya nggak bakalan cukup. Rasanya, rasa nambah.Â
Bagi tamu yang tertarik untuk ikut dalam proses persiapan menu, menumbuk sendiri daun ubi misalnya, boleh kok terjun langsung ke dapur.  Owner dan juga karyawan Marapu Umma sangat ramah dan terbuka dalam melayani tamu yang datang ke tempat ini.Â