Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Melawan Malaria dari Batas Negeri

30 November 2022   05:00 Diperbarui: 30 November 2022   16:45 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air tergenang yang berpotensi menjadi tempat jentik hidup (Dokumentasi pribadi)

Matahari makin meninggi. Teriknya terasa menembus wajah, meski telah dilindungi topi dan kacamata. Angkutan BUMDes yang kami tumpangi, meluncur cepat di jalanan yang berdebu. 

Kami melintasi deretan pohon pisang luan yang bergerak berlawanan. Sesekali, sungai yang mulai mengering menyambut perjalanan kami. 

Angkutan milik desa ini kemudian berhenti tepat di jalur sungai kecil yang terletak di perbatasan Kabupaten Malaka dan Timor Tengah Selatan. Kami kemudian turun sambil membawa perlengkapan 'perang' untuk memeriksa jentik nyamuk. Cidukan dan pipet plastik!

Salah satu tempat potensial perkembangbiakan jentik nyamuk (Foto: Dokumentasi pribadi)
Salah satu tempat potensial perkembangbiakan jentik nyamuk (Foto: Dokumentasi pribadi)

Lintasan sungai yang panjang disusuri dengan hati-hati. Mencari jentik nyamuk penular malaria, jentik Anopheles. Mencari di sela-sela serasah daun dan ranting. Pada lubang bekas tapak kaki manusia atau hewan, juga pada air yang tergenang. 

Setiap genangan air yang ada, diciduk dan diamati apakah ada jentik itu di dalamnya. Ingin mendapatkan jawaban, mengapa malaria masih ada di tempat itu, padahal gaung eliminasi malaria sudah kian mendekat di depan mata.

Kegiatan pemeriksaan jentik nyamuk (Dokumentasi pribadi)
Kegiatan pemeriksaan jentik nyamuk (Dokumentasi pribadi)

Rencana eliminasi yang tertunda

Malaria masih menjadi momok menakutkan, tidak hanya di Indonesia, namun juga di dunia internasional. Kemudian hal ini menjadi sorotan ketika dana yang dikucurkan telah begitu banyak dihabiskan, namun pergerakan angka kesakitan malaria menuju titik terendah masih membutuhkan upaya yang luar biasa.

Target Provinsi NTT untuk eliminasi malaria pada tahun 2023 pun, ternyata masih sebatas mimpi penuh harap. Harus menunggu hingga tahun 2025. Pasalnya, ada beberapa wilayah di provinsi ini yang turut menyumbang warna merah pada peta sebaran malaria di Indonesia.

Air tergenang yang berpotensi menjadi tempat jentik hidup (Dokumentasi pribadi)
Air tergenang yang berpotensi menjadi tempat jentik hidup (Dokumentasi pribadi)

Merah, artinya masuk dalam kategori endemis tinggi. Ada lebih dari lima penderita malaria dalam 1000 populasi. 

Ibarat peringatan, warna merah menjadi indikasi butuh penanganan yang serius dari berbagai pihak, tidak hanya pemerintah, namun juga keterlibatan aktif masyarakat.

Salah satu lokasi yang 'menyumbang' warna merah untuk peta sebaran malaria di NTT adalah Desa Lamea, Kecamatan Wewiku Kabupaten Malaka. Desa ini terletak pada jalur selatan Pulau Timor dan berbatasan dengan wilayah RDTL. 

Sebagai salah satu wilayah yang berbatasan dengan negara lain, berbagai hal perlu ditangani dengan hati-hati dan tuntas. Termasuk persoalan penyebaran penyakit. 

Tentu kita tidak ingin disalahkan atau dituduh menjadi sumber penular malaria bagi negara tetangga kita. Komitmen yang kuat, usaha dan kerja keras menjadi fondasi utama untuk meminimalisir penularan malaria. 

Perang melawan malaria

Menyikapi peningkatan kasus di wilayah perbatasan ini, Pokja Percepatan Eliminasi Malaria Provinsi NTT yang terdiri dari berbagai elemen, dan digawangi oleh Dinkes & Dukcapil Provinsi NTT, bergerak melawan malaria dari berbagai sisi.

Penyemprotan dinding rumah (IRS) dengan insektisida yang ramah lingkungan, bertujuan untuk membunuh nyamuk Anopheles yang beristirahat di dinding rumah setelah menghisap darah. 

Tenaga penyemprot terlatih (Dokumentasi pribadi)
Tenaga penyemprot terlatih (Dokumentasi pribadi)

Residu insektisida ini mampu bertahan hingga enam bulan. Terdapat 408 rumah di Desa Lamea yang berhasil disemprot atau cakupannya mencapai 100%.

Kegiatan IRS dilakukan oleh tenaga penyemprot lokal yang telah mendapatkan pelatihan penyemprotan sebelumnya. 

Survey tempat perkembangbiakan jentik dilakukan untuk melihat berbagai habitat yang potensial untuk jentik berkembang biak. Tujuannya adalah untuk menentukan pengendalian yang tepat untuk mengatasi jentik yang ada. 

Pemberian larvasida atau larvasidasi dilakukan pada habitat yang sulit untuk dilakukan modifikasi atau manipulasi lingkungan.

Penyelidikan epidemiologi dan pengambilan sampel darah malaria. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi detail tentang penderita malaria, kebiasaan yang dilakukan yang berhubungan dengan malaria, misalnya kebiasaan keluar malam atau kebiasaan menggunakan kelambu. 

Pengambilan sampel darah dilakukan ketika ditemukan seseorang dengan gejala panas atau demam pada saat kunjungan petugas. Saat itu, ditemukan dua anak yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya positif. 

Alhasil, anggota keluarga lainnya juga turut diambil sampel darahnya, termasuk penduduk yang berada dalam radius 100 hingga 200 meter dari rumah kasus. 

Obat malaria mulai diberikan, setelah hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan positif mengandung parasit malaria atau plasmodium. Minum obat dilakukan di hadapan petugas. Jenis obat malaria dan lama waktu pengobatan ditentukan oleh jenis plasmodium yang ditemukan. 

Tantangan yang tidak mudah

Memiliki luas wilayah 12,50 km persegi, desa ini kaya akan potensi wisata laut yang indah. Sebut saja, Pantai Komu dengan ekosistem pohon komu (kelompok nipa palm) yang hanya ada di wilayah tersebut, berdampingan dengan ekosistem bakau yang ada di sana. Sayangnya, ekosistem itu menjadi habitat terluas yang sangat potensial bagi perkembangan jentik. 

Kehadiran reptil seperti buaya pada beberapa habitat yang luas di wilayah itu, menjadi tantangan tersendiri. Bahkan ketika ingin memeriksa jentik pun, kami didampingi oleh pawang buaya. 

Akses ke dalam hutan pun untuk memantau habitat jentik sangat sulit. Beberapa kali kami temukan jalan buntu karena berhadapan dengan semak belukar dalam hutan yang sulit ditembus dan juga berlomba dengan gigitan nyamuk kebun yang datang tiada henti. 

Aliran air dari sumber mata air yang ada di desa tersebut menimbulkan banyak genangan, terutama pada tempat yang alirannya tidak lancar akibat dedaunan, ranting atau pohon yang menghadang. Salah satu cara yang dapat dijadikan alternatif adalah melancarkan aliran air itu dengan membersihkan jalur lintasan air. 

Tanggung jawab siapa?

Malaria tidak akan hilang dengan pengobatan. Seberapa banyak pun uang yang dikucurkan untuk pembiayaan pengobatan, akan sia-sia ketika kondisi lingkungan tidak ditangani dengan baik dan benar.

Lingkungan punya peran yang sangat besar dalam penularan penyakit. Sebagai reservoar yang menampung berbagai bibit penyakit dan juga sebagai media penularan penyakit. 

Bukan cuma pemerintah yang punya andil di dalamnya, tapi semua pihak, termasuk masyarakat. Membangun kesadaran masyarakat yang peduli lingkungan tidak semudah menjentikkan jari. 

Apalagi bagi kelompok masyarakat yang menganggap bahwa mereka telah terbiasa hidup dalam kondisi tersebut. Toh, mereka tetap merasa sehat.

Komitmen dari tokoh-tokoh kunci di masyarakat, membangun komunikasi yang baik untuk mendorong masyarakat lainnya agar hidup bersih dan sehat, sangat diperlukan. Dukungan dari TNI/Polri juga sangat dibutuhkan untuk membenahi kondisi lingkungan yang sulit diakses. 

Kegiatan yang dilakukan diharapkan terus berlanjut, dan dilakukan secara rutin. Semoga, malaria di batas negeri dan di seluruh Indonesia benar-benar bisa dieliminasi.

Sehat negeriku, tumbuh Indonesiaku

Kupang, 30 November 2022

Ragu Theodolfi, untuk Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun