Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Hindari Penyakit Tidak Menular dengan Jalan Kaki

2 November 2022   20:53 Diperbarui: 3 November 2022   03:38 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Interaksi dengan internet mengurangi  aktivitas fisik (Pexels/Vlada karpovich)

Penyakit tidak menular atau yang disingkat PTM, sedang trending saat ini.  Tingkat kematian akibat PTM berada di atas angka rata-rata. Dilansir dari WHO (2022), setidaknya terdapat 74% kematian  di dunia disebabkan  karena penyakit tidak menular, dan 17 juta orang meninggal sebelum mencapai usia 70 tahun. 

Sebuah angka yang fantastis!

Angka prevalensi beberapa penyakit tidak menular seperti penyakit kanker, diabetes, paru kronis maupun jantung semakin meningkat beberapa tahun terakhir.

Masuk akal sebenarnya. Peningkatan kasus PTM berkaitan erat dengan faktor resiko yang ada.  Badan Kesehatan Dunia, WHO, menyebutkan konsumsi alkohol, diet garam, obesitas, pencemaran udara di lingkungan, pencemaran udara dalam rumah, konsumsi tembakau dan minimnya aktivitas fisik sebagai faktor resiko  mengapa prevalensi PTM terus meningkat.

Minim aktivitas fisik

Salah satu faktor resiko yang memberi kontribusi yang besar terhadap peningkatan PTM, adalah kurangnya aktivitas fisik.  Aktivitas fisik yang dimaksud adalah semua aktivitas yang dilakukan dalam rumah, sekolah, tempat kerja termasuk perjalanan. 

Tidaklah mengherankan bila proporsi angka ini cukup besar. Di sekolah, aktivitas fisik juga sangat terbatas, lebih banyak dihabiskan di tempat duduk. Di tempat kerja, apalagi. 

Ketika kegiatan dilakukan di depan komputer atau ketika berinteraksi dengan gadget,  kita betah berlama-lama di sana.   Anda, bahkan Saya, mungkin tidak memiliki waktu untuk mengkonversinya dalam hitungan jam, bukan? 

Interaksi dengan internet mengurangi  aktivitas fisik (Pexels/Vlada karpovich)
Interaksi dengan internet mengurangi  aktivitas fisik (Pexels/Vlada karpovich)

Hasil riset yang dilakukan oleh sebuah lembaga menyatakan bahwa Indonesia menempati peringkat delapan negara  pengguna internet dengan akses paling lama di dunia. 

Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk berselancar di internet 7 jam 59 menit, sementara secara global hanya 6 jam 43 menit. Artinya, selama itu pula aktivitas fisik lainnya yang seyogyanya dapat dilakukan di sela waktu tersebut menjadi berkurang. 

Olahraga yang murah dan banyak manfaat 

Banyak jenis olahraga yang ditawarkan untuk meningkatkan aktivitas fisik. Salah satu olahraga yang murah, mudah dilakukan dan memiliki resiko cidera yang kecil, adalah jalan kaki.

Aktivitas sederhana, yang kadang dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, bila dilakukan secara rutin, memberi manfaat  yang tidak sedikit, untuk jangka pendek, juga untuk jangka panjang. 

Apa saja manfaatnya, yuk  kita simak  bersama.

Tubuh menjadi lebih  bugar

Berjalan kaki secara teratur dapat membantu tubuh menjadi lebih bugar.  Gerakan dengan ritme yang teratur secara berulang, dapat memperbaiki aliran darah dari jantung ke seluruh tubuh. 

Pengaturan kecepatan jalan dan durasi jalan kaki, menjadi faktor yang berperan untuk meningkatkan kebugaran tubuh. Tubuh yang bugar serta sirkulasi darah yang baik juga akan berpengaruh pada kehidupan sexual  Anda dan pasangan. 

Ilustrasi jalan kaki (Pixabay.com)
Ilustrasi jalan kaki (Pixabay.com)

Metabolisme tubuh menjadi lebih baik

Olahraga jalan kaki dengan intensitas yang cepat dalam waktu 30 menit setiap hari, mampu membakar kalori yang ada. Untuk setiap 30 menit jalan kaki cepat, mampu membakar 160-200 kcal. 

Metabolisme tubuh pun dapat diperbaiki dengan olahraga rutin setiap hari. Kondisi ini dapat berpengaruh pada saluran pencernaan. Beberapa hasil riset menunjukkan bahwa  metabolisme yang baik dapat mengurangi terjadinya kanker usus.  

Memperbaiki mood Anda

Jalan kaki atau olahraga ringan lainnya akan melepaskan endorfin di dalam otak. Endorfin adalah hormon yang mengatur kegembiraan dan suasana hati, serta dapat menurunkan stres.

Stres yang berlebihan dapat memicu terjadinya depresi.   Orang dengan penyakit jantung dan mengalami depresi, memiliki resiko lebih besar mendapatkan serangan ulangan. 

Perhatikan hal ini sebelum berolahraga

Lakukan pemanasan sebelum memulai aktivitas olahraga. Pemanasan dapat membantu agar tubuh tidak 'kaget' dengan beban tambahan yang didapatnya. Lakukan juga pendinginan di akhir sesi olahraga.

Ilustrasi pemanasan sebelum berolahraga (Pexels/Nathan Cowley)
Ilustrasi pemanasan sebelum berolahraga (Pexels/Nathan Cowley)

Hindari berolahraga dalam kondisi perut kenyang. Hal ini dapat membuat Anda pingsan.  Jika Anda merasa letih atau sesak napas saat berolahraga, berhentilah segera. 

Hindari juga berolahraga dalam keadaan tubuh demam. Tunggulah hingga benar-benar sehat dan dapat melakukan aktivitas kembali. 

Salam sehat

Referensi :     1 ,  2, 3

Kupang,     2 November 2022

Ragu Theodolfi, untuk Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun