Beberapa waktu lalu, Gubernur NTT, Victor Bungtilu Laiskodat, memberikan apresiasi kepada mama-mama bambu di Desa Persiapan Bangka Wela, Desa Goloworok, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai.Â
Mama-mama bambu adalah komunitas perempuan yang telah berhasil melakukan pembibitan  sebanyak 245 ribu bibit bambu di desa tersebut.  Keuntungan ekonomi yang didapat oleh komunitas tersebut cukup besar, bernilai ratusan juta.Â
Saat ini Provinsi NTT menargetkan penanaman anakan bambu sebanyak 2,5 juta anakan yang tersebar pada tujuh kabupaten. Harapannya, akan banyak air yang tersimpan dalam setiap rumpun bambu yang ditanam.
Kabupaten Ngada dan Nagekeo sebagai kabupaten yang kaya akan bambu, ke depannya akan dijadikan sebagai pusat indsutri bambu untuk Provinsi NTT.
Mengapa Bambu?
Termasuk dalam keluarga  Poaceae atau Gramineae, tanaman ini memiliki banyak jenis, diantaranya adalah bambu petung, betung, betong (Dendrocalamus asper); bambu ater, bulu jawa, bulu cina, pring legi, awi tenen (Gigantochloa atter); bambu tali, pring apus, awi tali (Gigantochloa apus) dan lain sebagainya.Â
Tanaman bambu adalah tanaman yang tidak asing bagi siapa saja. Bambu merupakan jenis tanaman yang berkembangbiak dengan tunas. Â Tanaman ini mudah dikenali dari bentuknya dan mudah ditemui dimana-mana. Â Umumnya tumbuh dalam bentuk rumpun atau tumbuh dalam jarak tertentu satu dengan lainnya.Â
Di Indonesia sendiri, sudah sejak lama masyarakat mengenal bambu dan manfaatnya. Â Pada masa sebelumnya, bambu lebih banyak digunakan di daerah pedesaan, Â untuk kepentingan yang terbatas.Â
Dimanfaatkan dalam pembangunan rumah, untuk dinding maupun lantai, sebagai sistem perpipaan masyarakat desa, digunakan dalam pembuatan bak penampung air hujan (PAH), untuk klorinasi, untuk jembatan, anyaman rumah tangga, maupun untuk keperluan furnitur.Â
Pemanfaatan bambu saat ini semakin berkembang.  Selain karena nilai artistiknya, struktur bambu yang kuat  menjadikan tanaman bambu  belakangan ini semakin dilirik berbagai kalangan. Bambu memiliki kekuatan dua kali lipat dibandingkan kekuatan beton, sedangkan kekuatan tariknya menyerupai baja.
Tidak sedikit dijumpai, bangunan unik dan artistik terbuat dari bambu. Hotel-hotel  yang menawarkan kenyamanan dan konsep hijau mulai beralih pada material bambu untuk konstruksinya. Demikian juga halnya dengan bar atau restoran yanga menawarkan konsep alam.Â
Pada hotel-hotel ternama atau supermarket, dengan mudah kita bisa menemukan produk terbuat dari bambu misalnya sikat gigi, tatakan gelas, peralatan makan minum, produk tekstil dan lain sebagainya. Ini mengindikasikan pemanfaatan bambu yang makin meluas dan berkembang.
Manfaat Bambu
Selain untuk konstruksi bangunan, furnitur, produk tekstil, kerajinan tangan dan seni, bambu juga memiliki manfaat yang sangat penting.
Berperan dalam proses fotosintesis
Setiap batang bambu sedikitnya mengandung 50% parenkim, 40% serat dan 10% jaringan pendukung. Â Parenkim berperan dalam proses fotosintesis. Â
Proses fotosintesis pada bambu terjadi pada bagian ujung, tepatnya pada daun bambu. Hasil fotosintesis akan menghasilkan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup.Â
Uniknya, bambu akan menghasilkan oksigen 35% lebih banyak dari oksigen yang dihasilkan oleh pohon. Selain menghasilkan oksigen, bambu akan menyerap karbondioksida (CO2) dari lingkungan sekitar. Setiap tahun, tiap hektar bambu mampu menyerap sedikitnya 50 ton CO2 di udara.Â
Disamping itu kandungan serat pada bambu memiliki unsur ion negatif yang bermanfaat untuk menghilangkan asap debu dan juga mampu memperbaiki kualitas  udara.
Menanam air, menahan laju erosi
Deforestasi besar-besaran yang terjadi beberapa dekade terakhir, menyebabkan terjadi kerusakan lahan dan ketidakseimbangan ekosistem. Â Efek rumah kaca pun tidak mampu ditolak. Â
Kegiatan penebangan hutan lebih cepat dibandingkan dengan penanaman pohon untuk pemulihannya.  Hanya butuh waktu sehari untuk menghilangkan hutan, dan  waktu bertahun-tahun untuk mengembalikan sebuah ekosistem seperti kondisi semula.Â
Alternatif yang dapat dipilih saat ini adalah menanam bambu sebanyak mungkin. Menanam bambu, tidak sesulit menanam pohon. Bambu juga lebih cepat dipanen dibandingkan dengan pohon. Bambu sudah bisa dipanen saat usianya mencapai 3-5 tahun.Â
Akar bambu memiliki kemampuan untuk menahan air.  Akar bambu mampu menyerap  hingga 90% air hujan.  Setiap rumpun bambu mampu menampung 5000 liter air atau setara dengan 35 juta liter air setiap tahun. Kehadiran akar bambu juga mampu menahan laju erosi, terutama saat banjir melanda.Â
Keistimewaan lain dari akar bambu adalah mampu menyerap zat toksik atau racun dari lingkungan sekitar, terutama pada air yang tercemar limbah logam berat. Â Beberapa logam berat seperti kadmium (Cd), timbal (Pb) dan tembaga (Cu) yang dapat membahayakan kesehatan manusia dapat diserap oleh akar bambu.Â
 Sumber nutrisi
Akar bambu menghasilkan rebung yang kaya nutrisi. Selain menjadi sumber protein nabati yang baik, rebung juga  kaya akan serat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan gulanya juga sangat rendah, bisa dikonsumsi oleh penderita diabetes.Â
Selain itu rebung juga memiliki kandungan asam amino esensial yang penting bagi tubuh, selenium, kalium serta mineral yang bermanfaat bagi kesehatan jantung.Â
Memperbaiki perekonomian
Tidak dapat dipungkiri, bahwa menanam bambu dapat memperbaiki ekonomi masyarakat. Â Selain poduk bambu yang dijual, menginvestasikan bambu di alam tidak butuh biaya perawatan yang banyak dan waktunya relatif singkat untuk dapat memanen hasilnya.Â
Jadi, tunggu apalagi. Selain merawat alam, kesehatan dan pundi-pundi uang juga akan ikut  terawat dengan menanam bambu.Â
Kupang, 5 Juli 2022
Ragu Theodolfi, untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H