Begitu bulan November tiba, hal yang paling ditunggu adalah berseminya bunga flamboyan. Namun, pemandangan berbeda pada November tahun ini. Bunga flamboyan di sepanjang jalan tidak seramai tahun lalu.Â
Mungkinkah badai Seroja yang menerpa Kota Kupang dan sekitarnya pada bulan April lalu membuat deretan pohon yang tersisa enggan mempertontonkan bunganya yang cantik? Entahlah.
Pohon flamboyan dikenal dengan nama Latin Delonix regia. Delonix berasal dari bahasa Yunani delos yang artinya mencolok dan onyx yang memiliki arti cakar (wikipedia.org).Â
Pohon ini memiliki bunga yang khas, dengan warna yang mencolok. Dominan merah oranye. Perpaduan antara warna daunnya yang hijau dan kelopak bunga merah menjadikannya indah dipandang mata.
Salah satu ikon di Kota Kupang
Pada tahun 1980 hingga awal 2000, tanaman yang menjadi ikon Kota Kupang adalah Bougenville. Banyak yang menyebutnya sebagai kembang kertas. Bougenville tumbuh subur pada masa itu. Bunganya yang berwarna warni cantik bertahan hidup pada kondisi yang gersang atau kurang air.Â
Dulu, deretan bougenville yang cantik akan menyambut siapa saja yang berkunjung ke Kupang melalui Bandara El Tari. Menyapa dengan gemulai cantiknya, seolah menyembunyikan kerasnya cadas di sekitar.Â
Saat ini bougenville masih tetap ada, namun tidak sebanyak masa lalu. Sudah banyak berganti dengan bunga-bunga lainnya yang tidak kalah cantiknya.Â
Kehadiran bunga flamboyan semakin marak beberapa tahun terakhir. Semarak bunganya mewarnai awal musim penghujan di Kota Kupang.Â
Bahkan oleh Pemda setempat, lampu jalanan pada beberapa jalur dibuat menyerupai kelopak bunga flamboyan dengan warna merah mencolok.Â