Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama FEATURED

Mengapa Malaria Tidak Cukup Dihilangkan dengan Pengobatan?

26 Februari 2022   15:46 Diperbarui: 15 Juni 2022   00:14 2041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak tahu malaria? Hampir semua orang pernah mendengar tentang  malaria dan bahkan mungkin pernah tertular penyakit ini. Hingga saat ini malaria tetap menjadi topik perbincangan, tidak hanya di Indonesia, namun juga pada kancah internasional. 

Dari sekian banyak penyakit yang ditularkan melalui arhropoda (serangga), malaria seolah tetap menjadi ‘primadona’ di kelasnya. Data WHO (2019) menyebutkan bahwa angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit ini masih tinggi. 

Anak-anak usia dibawah 5 tahun sebagai salah satu kelompok yang rentan, lebih banyak mengalami kematian; jumlah kematian karena malaria pada anak-anak adalah 67% pada tahun 2018.

Penyebab Malaria

Malaria disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Tidak semua nyamuk Anopheles menularkan malaria, hanya nyamuk Anopheles betina saja. 

Nyamuk Anopheles betina membutuhkan darah manusia atau darah hewan untuk mematangkan telurnya, sedangkan Anopheles jantan tidak menghisap darah, namun menghisap nectar bunga.

Terdapat lima jenis plasmodium yaitu Plasmodium falciparum (penyebab malaria tropika), Plasmodium malariae (penyebab malaria kuartana), Plasmodium vivax (penyebab malaria tersiana), Plasmodium ovale (penyebab malaria ovale)  dan Plasmodium knowlesi (penyebab malaria knowlesi). Setiap jenis Plasmodium ini memiliki ciri khas demam yang berbeda satu lama lain.

Eliminasi Malaria Nasional Tahun 2030

Memang, kasus malaria mengalami penurunan yang signifikan beberapa tahun terakhir, meskipun masih ada 23% penduduk Indonesia yang tinggal di daerah endemis malaria. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah memberikan hasil yang luar biasa. 

Jumlah kasus yang semakin berkurang tentunya menggembirakan masyarakat Indonesia.  Setidaknya kantong tidak perlu dikuras hingga ke dasar ketika melakukan pengobatan malaria. 

Program eliminasi malaria yang ditargetkan oleh pemerintah pada tahun 2030 nanti tentu dibarengi dengan berbagai upaya yang dilakukan dengan mengedepankan strategi Early Diagnosis and Prompt Treatment, yaitu penemuan dini kasus malaria dan pengobatan yang tepat dan cepat sehingga penularan dapat dihentikan.

Setiap provinsi di Indonesia masing-masing menentukan waktu eliminasi malaria berdasarkan multi faktor, termasuk di dalamnya jumlah kasus maupun tempat perkembangbiakan nyamuknya.

Pengobatan tanpa pencegahan adalah upaya yang sia-sia

Pada era sebelumnya, pemberantasan malaria lebih difokuskan pada  pengobatan. Pencegahan malaria belum dilirik sebagai faktor kunci dalam pemberantasan. Tidak sedikit dana yang dikucurkan oleh pemerintah untuk menanggulangi kasus malaria di Indonesia, namun tetap saja kasus malaria tidak pernah menghilang dari bumi Indonesia tercinta.

Pengobatan yang dilakukan tanpa upaya pencegahan adalah usaha yang sia-sia. Meskipun seseorang bebas dari malaria, namun bila kondisi lingkungannya tidak diperbaiki maka kasus malaria akan sulit untuk dieliminir.  

Pemberian obat-obatan untuk mengatasi malaria digunakan untuk mencegah pembelahan dan penyebaran plasmodium dalam sel darah merah.  Pengendalian terhadap vektor atau nyamuk penular malaria selain ditujukan untuk mencegah penularan terhadap manusia juga untuk mencegah pertumbuhan parasit dalam tubuh nyamuk.

Perkembangan Plasmodium membutuhkan dua hospes yang berbeda

Upaya pengobatan yang dilakukan seyogyanya dibarengi dengan pengendalian terhadap nyamuk Anopheles, penular malaria. Mengapa demikian?

Perkembangan parasit malaria (plasmodium) membutuhkan dua hospes (pejamu atau inang) yang berbeda, manusia dan nyamuk. Plasmodium membutuhkan manusia untuk perkembangbiakan pada tahap asexual atau tahap belum dewasa, sedangkan nyamuk dibutuhkan untuk menyelesaikan siklus hidup pada tahap sexual atau tahap dewasa.

Selama menghisap darah, nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi plasmodium akan memasukkan sporozoit kepada manusia. Sporozoit masuk ke dalam darah dan menginfeksi hati, menjadi matang dalam bentuk schizont. 

Sporozoit membelah berulang kali dan spora baru yang disebut merozoit, keluar dan menginfeksi sel darah merah. Beberapa merozoit dalam darah berkembang menjadi sel khusus yang disebut gametosit.

Bila nyamuk Anopheles betina menggigit penderita, maka nyamuk tersebut akan mencerna gametosit dan akan membentuk zygot  dan menghasilkan sporozoit yang bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk Anopheles dan siap untuk ditularkan lagi ke manusia.

Hasil tangkapan layar siklus hidup plasmodium dalam tubuh nyamuk dan manusia
Hasil tangkapan layar siklus hidup plasmodium dalam tubuh nyamuk dan manusia

Pengendalian malaria

Upaya pencegahan serta pengendalian pun dilakukan dengan harapan kasus malaria dapat ditekan hingga titik yang tidak lagi membahayakan kesehatan masyarakat luas. Pengendalian yang dapat dilakukan ditujukan untuk nyamuk dewasa dan juga jentik atau larva Anopheles.  Selain itu, perlindungan terhadap perorangan (personal protection) menjadi hal yang tidak dapat diabaikan.

Penggunaan kelambu, maupun kelambu berinsektisida sedang gencar dilakukan oleh pemerintah dengan pembagian kelambu secara massal, untuk menghindari kontak antara nyamuk dengan manusia.

Penggunaan baju berlengan panjang  atau tertutup saat berada di luar rumah atau menggunakan lotion anti nyamuk adalah bentuk perlindungan perorangan lainnya terhadap penularan malaria.

Pengendalian terhadap nyamuk dewasa dan jentik Anopheles yang dilakukan adalah pengendalian yang terintegrasi antara pengendalian secara fisik, biologis maupun kimia. 

Penggunaan hewan predator seperti ikan pemakan jentik atau bakteri yang menghambat perkembangan jentik  adalah pengendalian biologis yang dapat dilakukan; demikian juga dengan pelepasan nyamuk jantan mandul ke lingkungan. 

Pengendalian secara fisik termasuk melakukan manipulasi dan modifikasi lingkungan seperti pengaturan pola tanam, pengaturan irigasi, menutup rawa-rawa atau tempat lainnya yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Pemasangan kawat kasa pada pintu atau jendela juga menjadi alternatif yang dapat dipilih.

Pengendalian kimia adalah pengendalian menggunakan pestisida atau insektisida dosis tertentu. Pengendalian untuk nyamuk dewasa  dilakukan dengan cara penyemprotan dinding rumah (indoor residual spraying). 

Pengendalian terhadap jentik  Anopheles dilakukan dengan pemberian larvasida tertentu. Namun perlu diingat, bahwa pengendalian kimia adalah alternatif terakhir yang dipilih ketika pengendalian lainnya kurang memberikan dampak yang maksimal.

Kita memiliki peran yang sangat penting untuk menekan penularan malaria. Menjaga kebersihan lingkungan sekitar serta melakukan proteksi terhadap diri sendiri dan orang yang disayangi, akan membebaskan kita dari malaria.

Sehat dimulai dari Saya!

Salam sehat,

Kupang, 26 Pebruari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun