Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mari Jaga Hutan Kita untuk Orang Utan

3 Oktober 2021   09:32 Diperbarui: 3 Oktober 2021   09:34 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 19 Agustus setiap tahun  diperingati sebagai Hari Orang Utan Internasional. Momentum ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk sedikit mengenal lebih jauh tentang orang utan. 

Banyak fakta penting dan menarik tentang orang utan yang perlu untuk diketahui, karena orang utan adalah bagian penting dari sebuah ekosistem yang memiliki peran menjaga keseimbangan di dalamnya. Kehadiran orang utan membantu dalam penyebaran benih tumbuhan baik secara langsung ataupun melalui fesesnya.

Berbeda dengan jenis kera besar lainnya yang berasal dari Afrika, orang utan adalah satu-satunya kera besar yang ditemukan di Asia. 

Orangutan juga merupakan mamalia arboreal terbesar di dunia, artinya orang utan  memiliki kemampuan untuk hidup di pohon. 

Memiliki sifat yang mirip manusia, hampir 97% DNA orang utan menyerupai DNA manusia. 

Tiga spesies  orang utan ada di Indonesia

Sudah selayaknya Indonesia bangga, bahwa ada dua kepulauan besar di Indonesia menjadi 'rumah' bagi 3 spesies orang utan. 

Pulau Sumatera menjadi rumah bagi jenis orang utan Sumatra (Pongo abelii) dan orang utan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) sedangkan Pulau Kalimanan menjadi rumah bagi orang utan Borneo (Pongo pygmaeus). 

Orang utan Sumatera dapat dibedakan dari warna rambut yang lebih terang atau oranye dibandingkan dua spesies orang utan lainnya. Dulunya, orang utan Sumatera hidup di seluruh Sumatera dan bahkan ke Jawa, namun sekarang hanya ditemukan di utara Pulau Sumatera di Indonesia. 

Hingga saat ini jumlahnya sangat terbatas, kurang lebih 14.000 orang utan yang ada di alam.

Dari kiri ke kanan : orangutan Sumatra, orangutan Borneo, orangutan Tapanuli (http://www.orangutan.com)
Dari kiri ke kanan : orangutan Sumatra, orangutan Borneo, orangutan Tapanuli (http://www.orangutan.com)

Orang utan Tapanuli memiliki kepala yang lebih kecil dan wajah yang lebih datar dibandingkan dengan dua spesies orang utan lainnya. Secara genetik, orang utan Tapanuli lebih terkait secara genetik dengan orangutan Borneo daripada orang utan Sumatera.

Jumlahnya sangat terbatas di alam, yakni kurang dari 800 orang utan, sehingga IUCN (International Union for Conservation of Nature) mengklasifikasikannya dalam kategori terancam punah. 

Orang utan Borneo tersebar di wilayah Pulau Kalimantan Indonesia dan Malaysia. Pongo pygmaeus merupakan spesies dengan jumlah populasi terbanyak yaitu sekitar 57.350 ekor namun tetap dengan status terancam punah. 

Ciri fisiknya adalah memiliki postur tubuh lebih besar daripada dua spesies lainnya dengan rambut pendek berwarna cokelat gelap kehitaman. 

Orang utan itu unik

Selain memiliki DNA yang hampir sama dengan manusia, bayi orang utan akan berada dalam kandungan induknya selama 8,5 bulan. Selama dua tahun pertama bayi orang utan sepenuhnya tergantung pada induknya. 

Induk orang utan akan selalu membawa anaknya kemana-mana hingga anaknya berusia 5 tahun. 

Orang utan betina akan melahirkan satu keturunan dalam waktu lebih kurang  8 tahun. Di alam liar, rata-rata usia  seekor orang utan dapat mencapai usia 35 hingga  40 tahun. Orang utan betina di alam liar akan mencapai  pubertas pada usia 8 tahun, namun biasanya akan siap untuk memiliki bayi pada usia remaja. 

Berbeda dengan jenis kera besar lainnya, orang utan cenderung lebih menyendiri. Dengan rentang lengan yang dapat mencapai 2 meter panjangnya, orang utan adalah makhluk yang lebih banyak menghabiskan waktunya di atas pohon, bergantung dari satu pohon ke pohon lainnya. 

Orang utan jantan akan memiliki cara sendiri untuk menarik lawan jenisnya. 

Sebuah 'panggilan panjang' akan bergema di tengah hutan untuk menarik perhatian betinanya.


Orang utan adalah hewan omnivora, memakan serangga kecil seperti rayap pada pohon. Memakan hampir 400 jenis tanaman dan hampir 90 persen makanan mereka adalah buah-buahan.  

Orang utan sering disebut sebagai petani hutan karena turut membantu dalam penyebaran biji-bijian di hutan.

Induk orangutan selalu mengajarkan pada  bayinya,  makanan apa yang harus dimakan, di mana menemukan makanan tersebut, mengenal setiap jenis  pohon serta tumbuhan yang dapat dimakan termasuk siklus berbuah serta musimnya. 

Orangutan harus memiliki peta hutan yang sangat rinci dalam pikirannya, dan pengetahuan tentang siklus berbuah dari banyak spesies pohon. 

Hal ini penting untuk mengurangi energi yang terbuang percuma saat mencari makanan yang dapat dimakan serta untuk menghindari memakan buah yang belum matang. 

Habitat orang utan adalah hutan hujan tropis, biasanya hutan gambut dataran rendah dan hutan rimbun lainnya di Kalimantan dan Sumatera. Orang utan akan membangun sarang di cabang-cabang pohon setiap malam, menggunakan daun sebagai alas dan untuk perlindungan.

Tantangan terbesar kehidupan orang utan saat ini

Populasi orang utan  dalam satu dekade terakhir terus mengalami penurunan drastis. 

Hingga saat ini hanya terdapat kurang lebih 104.700 yang tersisa di alam liar. 

Habitat orang utan juga mengalami pengurangan sebegitu besarnya dalam dua dekade terakhir ini.   Pembukaan lahan sawit secara besar-besaran mengurangi luasan lahan untuk kehidupan orang utan. 

Kelapa sawit paling banyak digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari, termasuk di dalamnya sebagai bahan utama pembuatan kosmetik.

Perdagangan satwa liar ilegal semakin memperburuk kondisi ini. Kebakaran hutan juga turut menaruh andil yang cukup besar dalam pengurangan populasi orang utan.  

Perusakan hutan, perburuan liar, disamping kehadiran predator alami seperti harimau, macan tutul maupun ular phyton merupakan ancaman utama bagi kesejahteraan, kelangsungan hidup serta populasi orang utan.

Dengan lamanya rentang waktu orang utan untuk dapat memiliki bayi ditambah dengan penurunan populasi setiap tahun akibat ulah manusia maupun peningkatan perluasan wilayah penanaman kelapa sawit, bukan tidak mungkin dalam jangka waktu beberapa tahun lagi, kita akan kehilangan orang utan. 

Bahwa kita pernah menjadi 'rumah' bagi tiga spesies penting yang hanya ada di Asia, bisa saja hanya menjadi memori dan menjadi cerita yang menghilang di tengah maraknya pasar untuk memoles kecantikan.

Manusia perlu hutan. Hutan perlu orang utan (Yayorin)

Mari kita jaga hutan kita.

Kupang, 3 Oktober 2021

 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun