Bun, ....
Memiliki seorang anak yang sehat, lucu dan ceria tentu menjadi impian semua Bunda di seluruh dunia. Bila anak sehat, maka senyum kegembiraan pasti selalu nempel di wajah Bunda. Anak yang sehat tentu memiliki tumbuh kembang yang baik pada setiap tahapannya. Nah, agar anak Bunda sehat dan terhindar dari berbagai jenis penyakit, anak harus mendapatkan perlindungan yang cukup baik agar tubuhnya benar-benar kuat dan tahan terhadap masuknya mikroorganisme yang dapat menyebabkan sakit.
Perlindungan terhadap anak bisa didapat dari asupan nutrisi sehari-hari, Â lingkungan yang bersih dan juga bisa dari pemberian imunisasi pada anak. Imunisasi pada anak penting dilakukan agar anak memiliki kekebalan terhadap suatu jenis penyakit.Â
Banyak penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu difteri, pertusis, tetanus, tuberkulosis, campak, polimyelitis, hepatitis, pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh hemophilus influenza tipe b (Hib) dimana penyakit ini rentan terjadi di daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Â
Sayangnya, masih banyak Bunda yang enggan membawa anaknya untuk imunisasi dengan alasan bermacam-macam, anak rewel setelah imunisasi, demam atau bahkan infeksi sekitar area yang diimunisasi.Â
Bunda tidak perlu khawatir, karena biasanya setelah imunisasi, dokter ataupun tenaga kesehatan akan menyampaikan kepada Bunda tentang reaksi yang mungkin timbul dan bagaimana penanganannya. Â
Apa yang perlu dilakukan saat muncul reaksi setelah imunisasi?
Bun.....
Setiap vaksin yang diberikan akan menghasilkan reaksi yang berbeda bagi bayi/anak. Nah, apa saja reaksi yang mungkin timbul dan tindakan apa yang perlu Bunda lakukan untuk membuat bayi atau anak lebih nyaman setelah diimunisasi akan dibahas di sini.
Vaksin BCG untuk kekebalan terhadap Tuberculosis
Pemberian vaksin BCG pada sebagian anak akan memberikan efek samping seperti  timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar pada daerah bekas suntikan dalam waktu 2--6 minggu setelah imunisasi kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2--10 mm. Bila menemukan kondisi seperti ini, Bunda dapat memberikan kompres cairan antiseptik terutama bila ada cairan yang keluar. Bila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar, anak dibawa ke ke tenaga kesehatan.
Vaksin DPT-HB-Hib untuk pencegahan difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus dan infeksi Haemopohilus influenza tipe b
Pemberian vaksin ini akan memberikan reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi suntikan, disertai demam yang menyebabkan anak menjadi rewel, dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian. Bunda dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari buah) kepada anak. Â Jika demam, kenakan pakaian yang tipis dan berikan penurun panas sesuai anjuran dokter. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin. Â Jika reaksi memberat dan menetap segera bawa anak ke dokter, ya Bun.
Vaksin Hepatitis B
Reaksi yang terjadi bersifat ringan, seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan dan biasanya hilang setelah dua hari. Bunda dianjurkan untuk memberikan anak minum lebih banyak (ASI). Bila anak demam, kenakan pakaian yang tipis dan berikan penurun panas sesuai anjuran. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
Vaksin Polio oral untuk pencegahan poliomyelitis
Pemberian vaksin ini tidak memberikan reaksi apapun pada bayi/anak. Setelah mendapat vaksin ini, anak tetap diperbolehkan untuk diberikan makan/minum seperti biasa.
Vaksin Campak
Reaksi yang ditimbulkan setelah mendapatkan vaksin ini adalah pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari, yang dapat terjadi 8--12 hari setelah vaksinasi. Memberikan anak minum lebih banyak (ASI atau sari buah), mengompres bekas suntikan yang nyeri dengan air dingin, memberikan pereda demam sesuai anjuran adalah langkah yang Bunda dapat lakukan di rumah. Namun, bila reaksi tersebut berat dan menetap, segera  bawa bayi ke dokter.
Vaksin DT untuk kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus
Vaksin ini digunakan dalam imunisasi lanjutan pada anak usia <8 tahun. Reaksi yang mungkin timbul seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam. Penanganan pada kondisi ini sama dengan pada imunisasi lainnya, yakni Bunda dianjurkan untuk memberikan minum anak lebih banyak, kompres air dingin pada bekas suntikan yang nyeri, berikan pereda panas bila demam sesuai anjuran.
Nah, Bun....tidak usah takut untuk membawa buah hati Bunda untuk diimunisasi, dan tidak perlu panik saat Bunda menemukan reaksi yang diberikan si buah hati  setelah imunisasi. Bila Bunda ingin tahu lebih banyak bagaimana caranya melakukan imunisasi di masa pandemi covid-19, Bunda bisa mengaksesnya pada tulisan Saya yang lain.Â
Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H