Kehadiran seseorang untuk membantu melewati masa-masa sulit itu sangat dibutuhkan memang, terutama bila telah mengarah ke depresi atau gangguan kejiwaan lainnya tentu butuh ditangani oleh tenaga profesional.Â
Kehadiran keluarga, sahabat, orang-orang terdekat saat melewati masa-masa sulit, merasa sangat terpuruk memang dibutuhkan. Namun, itu hanya membantu untuk sementara waktu, karena rasa sakit yang melekat dalam diri tidak dapat disembuhkan oleh siapa pun kecuali oleh diri sendiri. Â
Memang, saat kisah sedih kita dibagi dengan orang lain, beban yang dipikul akan terasa lebih ringan, namun saat tidak ada yang mendengarkan kita, perasaan sakit dan merasa berada pada titik terendah dalam hidup akan kembali lagi dan lagi!Â
Seseorang yang berada pada titik ini akan mengalami penolakan diri yang luar biasa, menyangkal semua peristiwa pahit yang mendera hidupnya, akan sibuk mencari pembenaran  atau dukungan dari banyak pihak. Ini fase yang harus dilalui saat merasa kehilangan seseorang.Â
Tanpa disadari hal ini akan semakin menjadikan kita lebih merasa sakit, karena setiap saat akan selalu terhubung dengan hal yang menyakitkan tersebut.Â
Kunci utama untuk mengatur cepat atau tidak kita melewati fase ini sangat tergantung dari diri sendiri. Saya ingin berbagi pengalaman  yang dapat membantu melewati fase ini.
1. Sadari bahwa ini telah terjadi. Kesadaran ini penting untuk dapat berpindah pada fase selanjutnya. Meskipun kelihatannya sulit~dan memang benar-benar sulit~ namun kita harus realistis, bahwa hal ini  telah terjadi dalam hidup kita.Â
Ketika kita kehilangan seseorang yang menjadi tumpuan dan sandaran, orang yang kita  kasihi dalam hidup, kita sering kehilangan kesadaran diri, tidak percaya apa yang terjadi, berharap ini hanya mimpi buruk yang singgah sebentar dalam hidup.Â
Tidak ada yang salah ketika kita menangis. Menangis dapat membersihkan jiwa yang terluka.  Menangislah sepuasnya hingga benar-benar kita tiba pada suatu  titik dimana kita merasa sedikit lebih kuat dan berani untuk mengatakan 'Oke...aku sudah cukup untuk menangis.Â
Air mataku ini tidak akan mengembalikan seseorang yang telah pergi meninggalkanku'  Sadari bahwa memang keadaan tidak akan sama seperti sebelumnya, akan ada perubahan yang terjadi  dalam kebiasaan sehari-hari kita.