Mohon tunggu...
Theo Brilian
Theo Brilian Mohon Tunggu... Foto/Videografer - a cinematographer

nulis jadi obat biar ngga gila sama kerjaan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kekasih Instagram

28 Januari 2021   15:56 Diperbarui: 28 Januari 2021   15:57 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Toko berplang nama edelweis dengan tembok berdominan merah muda itu telah sepi tak ada pembeli. Hana sibuk memasukkan bunga-bunga yang terpajang di luar toko dengan kewalahan ke dalam tokonya karena jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Jalan raya tak seramai siang tadi dan gerimis turun ketika Hana mematikan lampu luar tokonya dan membalikkan tulisan open menjadi close. Tak lama lampu ruangan toko bunganya di matikan dan Hana menaiki tangga menuju kamarnya. Berbaring ia disana. Beristirahat dari aktivitas pekerjaan yang cukup melelahkan meskipun pekerjaan itu berkecimpung dengan bunga-bunga indah tetap saja itu pekerjaan.

Hana mematikan lampu tidurnya. Benar-benar nikmat saat ini untuk tidur. Menutup matanya dan bersiap masuk ke alam mimpi. Terlelap ia. Terlelap jika saja bel rumahnya tak berbunyi berulang-ulang. Dengus kesal Hana beranjak dari ranjangnya dan menuruni tangga dengan mata sayup mengantuk ia menyalakan lampu ruang bawah tempatnya berjualan bunga. Dibukanya gordeng yang menutupi pintu kacanya. Sosok Arjun terlihat di luar sana dengan berdiri lemah dan menangis. Rasa mengantuk Hana mendadak hilang. Dengan cepat ia membukakan pintu untuk Arjun yang langsung melangkah lemas memasuki tokonya. Arjun melihat sekeliling ruangan yang sudah di penuhi berbagai bunga-bunga. Hana yang telah kembali mengunci pintu tokonya langsung meraih tangan Arjun dan menuntunnya ke ruang atas. Tepat di depan ruang televisi di depan kamarnya mereka duduk. Arjun menangis di pundak Hana yang terus membelai-belai rambutnya.

"Dia pamerin semuanya. Dia upload semua foto pertunangannya di Instagram" Masih menangis Arjun.

"Menangis lah ketika loe sedih"

"Dia di pantai. Liburan bersama. Berpelukan, ciuman"

Jerit tangis Arjun semakin keras membuat Hana semakin iba. Ia memeluk sahabatnya itu berusaha menenangkan. Arjun membalas pelukan Hana lebih erat.

"Dia pasti ketawain gue sekarang karena dia tahu gue patah hati. Karena gue masih sendiri"

"Loe ga sendiri. Ada gue"

"Loe sahabat gue. Bukan pacar"

Tak dapat berucap Hana. Arjun benar-benar menganggapnya sahabat. Sahabat tanpa ada cinta. Sedangkan ia, sahabat penuh cinta.

Arjun tiba-tiba melepas pelukannya. Ia tersenyum dengan air mata yang masih menghias di wajahnya.

"Gue punya ide"

"Ide ? Ide apa ?"

"Gimana kalo loe jadi pacar Instagram gue ? Cuma di Instagram aja. Mau kan"

Mulut Hana melongo mendengar ucapan Arjun yang membuat kebimbangan timbul dalam dirinya. Kebohongan akan semakin banyak dengan kesakitan yang akan menimpa dirinya sendiri. Berpura-pura menjadi sepasang kekasih sama saja membuat hatinya berharap yang tak mengenal apa itu sandiwara cinta. Hatinya hanya tahu apa yang dilakukan Arjun dapat membuatnya semakin mencintainya. Semakin dalam. Semakin membuatnya gelisah dan tersiksa.

"Ayo dong Hana. Loe sahabat gue kan. Loe mau bantuin gue"

Arjun terus-menerus merengek seperti anak kecil pada Hana yang lagi-lagi tergoda oleh wajah Arjun yang memelas. Hana menganggukkan kepalanya dan sorak riang Arjun terdengar bersama pelukan yang Arjun berikan pada Hana. Jantung Hana berdebar lagi. Hatinya menangis lagi. Duri kembali menancapnya.

Arjun benar-benar serius dengan ucapannya. Keesokannya tepatnya hari Minggu ia datang menemui Hana dengan mobilnya. Hana hanya dapat menuruti setiap perintah Arjun yang menyuruhnya untuk mengemas beberapa pakaian dan perlengkapan make up. Meskipun Hana terus bertanya dalam hati mau kemana mereka kali ini. Hingga Arjun menyuruh Hana untuk masuk ke dalam mobil setelah Arjun memasukkan barang-barang Hana ke dalam bagasi. Hana yang duduk di samping kemudi menoleh ke belakang dan kaget melihat tas backpack dan perlengkapan pemotretan. Ia menatap Arjun yang sedang menyetir dengan penuh tanya.

"Mau kemana kita ?"

"Tempat yang indah"

Arjun tersenyum manis dan menggetarkan hati Hana bersama mobil yang terus melaju. Jalan tol hingga jalan pedalaman yang sepi dengan pepohonan rindang dan besar mereka lewati. Perjalanan menanjak dan gerimis kecil turun perlahan membasahi kaca mobil. Hana membuka setengah kaca mobil dan mengeluarkan telapak tangannya. Ia menutup matanya sembari menikmati setiap tetes gerimis jatuh di telapak tangannya. Entah mengapa tetes gerimis membuat senyum mengembang di wajahnya. Arjun tersenyum bahagia melihat sahabatnya yang menikmati perjalanan bersama gerimis di antara bukit-bukit yang terlihat menjulang.

Tak lama mereka sampai. Dapat Hana lihat padang rumput yang menghampar luas dengan hanya beberapa pohon rindang yang tumbuh besar. Bersemangat Hana keluar dari mobil dan tak sabar menjelajah alam indah itu. Ia tahu kalau mereka sedang berada di ketinggian karena dari atas Hana dapat melihat sawah dan pedesaan serta hutan. Arjun mengeluarkan tas backpack dan tas kameranya dengan Hana yang berlari menuju ayunan tua yang kini ia duduki. Arjun menggelar kain yang ia ambil dari dalam tasnya dan menata beberapa makanan seolah ini piknik mereka. Tripod dan kamera tak lupa ia siapkan di depan kain bermotif hati itu.

"Siap semuanya. Hana sini. Loe duduk di sebelah gue"

"Ngapain sih foto-foto?"

"Foto buat di pamerin di Instagram"

Mereka memulai berfoto dengan satu buket mawar menemani mereka. Kamera  memotret mereka dengan timer yang sudah di atur. Berbagai macam gaya. Mulai dari yang paling ceria sampai yang paling romantis. Semua diatur oleh Arjun dan memang ini keinginannya. Jantung Hana berdebar ketika tangan Arjun melingkar diantara lehernya dari belakang. Wajahnya tak lebih dari dua senti bersebelahan dengan buket bunga yang Hana pegang nyaris terjatuh karena lemahnya otot-otot tubuhnya terkena sambaran hati.

Entah apa yang harus dirasakan Hana. Yang jelas ia bahagia selama berhari-hari karena cintanya. Sedangkan Arjun sibuk memilih-milih dan mengedit foto mereka berdua yang entah sudah berapa banyak di posting dalam Instagram Arjun. Ratusan like dan komentar memenuhi setiap foto mereka. Tanpa Hana sadari kebahagiaan itu hanyalah sampul kehidupannya. Sedangkan didalamnya ia menderita kesakitan. Hana tinggal menunggu saat ketika sampul itu dibuka dan bahagianya kini hanya tinggal kenangan. Cinta dalam diam begitu menyiksa namun begitu kuat pula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun