Mohon tunggu...
Theo Jason
Theo Jason Mohon Tunggu... -

Menulis untuk Si Garwo (Sigaran nyowo)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kugantung Kakimu di Mistar Gawang

8 Oktober 2014   04:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:57 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lara Sirna mengangkat tinggi-tinggi linggis itu dengan kedua tangannya. Berpikir, akan kutikam pelirmu bangsat. Namun tak jadi. Akhirnya memutuskan hanya akan menikam kaki kanan Sujud Doa.

Sambil berteriak. Lonteeeeeeeeeeeeeee! Lara Sirna menghujamkan linggis itu dipaha kanan Sujud Doa. Sujud Doa berteriak setengah mati. Menahan kesakitan yang amat sangat. Jrooooooooottttt... darahnya memancur menciprat mengenai tubuh Lara Sirna. Sebelum teriakan Sujud Doa yang kedua, Lara Sirna sudah menghujamkan linggis ke kaki Sujud Doa untuk kedua kalinya. Mimpi apa Sujud Doa, harusnya ia menikmati bibir istrinya mengemut pelirnya, bukan malah linggis yang mengemut pahanya.

Aaaaarggghhh.. bangsaaaattt.. apa yang kamu lakukan. Aaaaarrgghhhhh asssuuuu.... bajiiinngggaaannn.... . Lara Sirna menikam kaki kanan Sujud Doa berkali-kali, Sujud Doa hanya mengerang-erang kesakitan. Tangannya yang terikat selendang, hanya bisa bergerak-gerak tak berdaya. Dengan tenang Lara Sirna terus menghujamkan linggis itu, sampai akhirnya kaki kanan Sujud Doa putus dari tulangnya.

Lara Sirna yang sudah terengah-engah melepas linggisnya. Menghampiri wajah Sujud Doa, yang matanya masih tertutup kelepak ungu kehitamanan. Ia membuka kelepak itu, melihat roman Sujud Doa yang menyedihkan. Tubuh Lara Sirna yang kuning langsat, sekarang sudah menjadi merah semerah kirmizi. Ditengah suaranya yang parau Sujud Doa bertanya kepada Lara Sirna. Aaaaapa.. yanggg.. kamu lakukan lonte?! Ia diam. Didalam hatinya ia berkata, kamu pantas menerima ini.

Sujud Doa apa kamu masih mengenal orang ini? Lara Sirna menunjukkan foto dua orang perempuan yang saling berpelukan. Sujud Doa ingat itu adalah foto mantan kekasihnya yang bernama Kasih Setia. Iyaa lonte.. itu foto Kasih Setia dan adik perempuannya, kenapa?. Benar bangsat. Orang ini adalah Kasih Setia, wanita yang pernah kau campakkan dan akhirnya memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Laluu.. apaaa.. hubungannya semua ini denganmu? Dasar lonte!

Dengarkan baik-baik bajingan. Aku adalah adik Kasih Setia. Nama asliku Kasih Karunia. Dan aku ada disini untuk menuntut balas atas kematian kakak ku. Sujud Doa, akan kugantung kaki mu di mistar gawang. Aku masih punya belas kasihan. Walau kamu tidak bisa bermain bola,  setidaknya kedua kakimu masih merasakan rumput hijau.

Sujud Doa tak percaya akan semua ini, hingga akhirnya ia tak sadarkan diri akibat pendarahan yang terlalu fatal. Dengan bergegas Lara Sirna mengambil kaki kanan Sujud Doa dan memasukkannya ke dalam bagor, bekas beras bulog. Tidak lupa ia mengambil sepatu bola copa mundial milik Sujud Doa di rak sepatu, memasukkannya serta kedalam bagor putih itu. Ia lalu mandi membersihkan sisa-sisa darah yang menempel di tubuhnya. Salin dan menuju lapangan bola Persemerah.

Tepat pukul 02.00. Lara Sirna tiba dilapangan Persemarah. Ia bergegas masuk melewati gerbang selatan yang pagarnya tidak pernah terkunci. Lara Sirna mendekati gawang. Menjatuhkan bagor yang ia bopong dan membukanya. Kaki kanan Sujud Doa masih saja mengeluarkan darah, tapi ia tak peduli. Dimasukkannya potongan kaki kanan itu kedalam sepatu copa mundial. Lara Sirna kemudian menyambung tali sepatu kanan dan kiri. Menggantungkan sepatu kiri di mistar gawang, hingga sepatu kanan yang ada potongan kaki Sujud Doa, bergelayutan dihempas angin pagi.

Ketika ayam berkokok pagi benar. Pak Ramang petugas stadion Persemerah hendak menyapu bagian utara tribun kursi penonton. Ia melihat sesuatu yang aneh tergantung di mistar gawang selatan. Meneteskan sesuatu, hingga bagian bawahnya berkubang cairan. Setelah selesai, ia menghampiri. Terperanjat. Baru kali ini ia melihat potongan kaki tergantung di mistar gawang. Dilihatnya lebih dekat, ada inisial SD dibagian samping kulit sepatu. Ia tahu sepatu ini milik siapa.

Kasih Karunia pergi ke pekuburan. Berbaring di samping makam kakaknya, Kasih Setia. Tersenyum, menatap langit lembayung, sambil berkata, Kakakku yang cantik maafkan aku. Aku sudah membalas dendam dengan bokong dan dadaku. Dan sedikit linggis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun