Mohon tunggu...
Theo Jason
Theo Jason Mohon Tunggu... -

Menulis untuk Si Garwo (Sigaran nyowo)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kugantung Kakimu di Mistar Gawang

8 Oktober 2014   04:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:57 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di malam pertama. Malam dimana harusnya mereka bercinta. Lara Sirna meremukkan kaki Sujud Doa dengan linggis. Memutilasi kakinya, membawa ke lapangan Persemerah. Menggantungnya di mistar gawang, lengkap dengan sepatu bola copa mundial yang terpasang. Kugantung kakimu di mistar gawang. Aku masih punya belas kasihan. Walau kamu tidak bisa bermain bola, setidaknya kakimu masih merasakan rumput hijau.

Aku bahagia sekali hari ini sayangku, pesepak bolaku. Tidakkah engkau bahagia? Tentu saja sayangku, montokku. Akan kuberikan apapun yang kamu inginkan. Ini malam pertama kita, aku akan memberikan kepuasaan kepadamu.

Lara Sirna sungguh terlihat seksi malam itu. Dengan kelepak ungu kehitaman, semakin membuat dadanya yang besar menyembul keluar. Di dorongnya suaminya yang baru sah beberapa jam lalu kedalam ranjang asmara, lengkap dengan lampu yang temaram.

Aku ingin memberikan kejutan kepadamu di malam pertama kita, tapi kamu harus menuruti kata-kataku. Baiklah. Berbaringlah sayangku pesepak bolaku, rebahlah, rentangkan kedua tanganmu. Sujud Doa tidak tahu apa yang sebenarnya Lara Sirna inginkan. Ia terheran-heran sambil tetap menikmati dada Lara Sirna yang aduhai.

Lara Sirna mengambil beberapa selendang, mengikatnya erat di kedua tangan Sujud Doa. Pertama-tama tangan kiri, kemudian yang kanan. Sujud Doa yang kebingungan merasa cuek dan tidak peduli. Toh, hari ini dia akan merasakan kenikmatan liang senggama istrinya.

Lara Sirna mengikatkan selendang yang sudah terikat kencang di tangan suaminya ke sisi tiang ranjang besi. Berulang kali mengeceknya memastikan tak akan lepas. Sayangku pesepak bolaku, pasti kamu sudah lama menginginkan ini. Iya sayangku, montokku aku sungguh ingin merasakannya.

Lara Sirna dengan perlahan membuka kelepaknya dengan sedikit kesusahan, kelepaknya sedikit tersangkut buah dadanya yang kelewat besar. Tapi dengan usaha yang ekstra akhirnya Lara Sirna berhasil melepasnya.

Seumur hidup Sujud Doa belum pernah melihat dada seindah ini. Bentuknya kencang padat dan indah. Sujud Doa merasa darahnya mengalir kencang, jantungnya berdegup kencang dan tubuhnya bergidik. Lara Sirna kemudian berbisik pelan ke telinga Sujud Doa. Dia membisikkan kata yang membuat kemaluan Sujud Doa berdiri tegak. Aku mau mengemut pelirmu, bisik Lara Sirna.

Sayangku, pesepak bolaku tapi aku malu, kamu tidak keberatan kan jika kututup matamu dengan kelepak ini. Tentu... tentu... saja sayangku, montokku tutup saja mataku. Kemudian Lara Sirna menutup mata Sujud Doa dengan kelepak ungu kehitaman. Sujud Doa merasa dalam gelap yang menyenangkan.

Lara Sirna membuka perlahan celana kolor yang dipakai Sujud Doa. Dengan lekas ia membuka dan melihat pelir Sujud Doa berdiri tegak menantang ke arahnya. Lara Sirna tersenyum. Ia tahu apa yang akan Sujud Doa rasakan.

Lara Sirna turun dari ranjang. Meringkuk dan mengambil sesuatu dari bawah ranjang, sesuatu yang sudah dia persiapkan jauh hari. Sebuah linggis. Dengan tangan kanannya Lara Sirna menarik linggis itu, terdengar suara gesekan besi dengan keramik. Tapi Sujud Doa tak menyadarinya, ia larut dalam aroma wangi tubuh Lara Sirna yang menempel pada kelepak ungu kehitaman. Diangkatnya perlahan linggis itu, ditentengnya disebelah kanan tubuhnya. Mata Lara Sirna begitu tajam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun