Masih saja penasaran dengan kejadian aneh siang tadi, aku putuskan saja untuk mencari angin, dengan berkililing kota, lagipula besok aku tidak ada jadwal kuliah.
Entahlah kemana, kakiku melangkah tidak tau arah, kini aku sudah sampai di sebuah perempatan gang kecil, dengan sebuah warung kopi disalah satu sudutnya. Aku memutuskan untuk singgah sebentar disana, hitung-hitung menghilangkan suhu dingin dengan kopi hitam panas.
“Bu, kopi hitam satu ya”, sapaku langsung kepada ibu-ibu pemilik warung kopi itu.
Sembari menunggu kopi, kuraih smartphone yang ada di saku celana kiriku, dan langsung mengecek beebrapa sosial media yang aku miliki. Tidak, tidak ada yang aneh. Isinya hanya aktivitas sehari-hari temanku, dan beberapa lainnya hanya menyampah.
Tak lama kemudian, kopi hitam pesananku datang. Tidak seperti kopi hitam buatan ibuku di kampung, tapi ya sudahlah.
Tunggu! Aku baru ingat, malam ini aku memiliki janji dengan seorang temanku untuk mengantaranya ke toko buku. Akh! Padahal baru saja kopiku datang.
Benar dugaanku, kini temanku itu telah menelponku
“Iya, sebentar, Aku lupa... aku lagi ngopi di gang 9.... iya, ini mau balik, ngambil motor sama helm, terus langsung ke kosmu”
“Nggak usah deh, mending pake motorku aja, aku yang nyusul”, dia sepertinya terburu-buru.
Tidak heran juga kalau dia begitu terburu-buru, sekarang pukul tujuh malam, perjalanan ke toko buku seharusnya bisa ditempuh selama 15 menit, tetapi, karena macet bisa sampai 30 menit, sedangkan toko buku ditutup pukul setengah sembilan malam.
Setelah membayar kopi itu, aku beranjak menunggu temanku itu. Cukup lama juga rupanya, padahal kosnya berada di gang 7. Oh ya, temanku ini, namanya Wildan, tetapi dia biasa dipanggil Wiwi. Entahlah, aku tidak ingin membahas lebih jauh tentang dia. Kalian nanti pasti mengenalnya