Mohon tunggu...
nizar maulana
nizar maulana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Visión: Berkedip

3 Mei 2016   00:23 Diperbarui: 3 Mei 2016   00:49 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Maafkan karyawan saya yang sudah bersikap kasar terhadap anda, tetapi memang tidak ada seorangpun disini yang mendengar atau melihat seorang gadis kecil yang menangis”, kata sorang kepala cabang atau apalah sebutannya dalam dunia mereka.

“tetapi saya jelas-jelas mendengar ada gadis kecil yang menangis di sekitar sini pak”, ketika aku hendak menunjukkannya kepada orang itu, suara gadis kecil itu menghilang.

Aku pun diam seketika, dan meng-iyakan kata-kata orang itu. Tetapi hati dan pikiranku masih saja tidak terima dengan keberadaan misterius gadis kecil itu.

Aku kembali menyusuri rak-rak buku satu persatu. Kini lebih jeli dan lebih teliti lagi.

“Ayo pulang”, Wiwi mengagetkanku. Dia telah mendapatkan buku yang dia inginkan, dan mengajakku untuk segera pulang.

“Tunggu aja didepan, nanti aku nyusul”, jawabku yang masih penasaran. Aku kembali mencari, namun akhirnya putus asa. Mungkin memang seharusnya aku pulang saja, petugas toko dan satpam-satpam disini sepertinya sudah memperhatikanku sejak tadi.

Baru saja kaki kananku melangkah, tiba-tiba saja, suara itu terdengar lagi, kini lebih keras dari sebelumnya. Dan jelas terdengar tepat dibelakangku. Aku berbalik arah, namun tidak ada apa-apa, dan suara itu kembali menghilang.

“sialan!”, umpatku dalam hati. Siapa yang sebenarnya mempermainkanku?

Aku kembali mendengar suara itu, tetapi kini aku mengacuhkannya, aku pergi keluar toko itu, dan mengajak Wiwi pulang.

Tunggu, disebelah pintu masuk toko buku itu, tepat disebelah kiri! Seorang gadis kecil memperhatikanku, wajahnya pucat, matanya sembab, dan nafasnya tersengal-sengal sepertinya habis menangis.

Aku terpaku kearahnya beberapa detik, memperhatikan siapa sebenarnya gadis kecil itu. Tiba-tiba saja dia seperti ketakutan, dan sontak berlari ke sebuah lorong kecil. aku berlari mgnikutinya masuk ke lorong itu dan tidak mempedulikan Wiwi yang memanggilku. Aku terus saja berlari, melewati lorong remang-remang itu, dan berhenti di sebuah gang buntu. Gadis kecil itu menghilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun